Label

Selasa, 31 Januari 2012

Take 6 "Kalau Hati Sudah Bicara"


Take 6
Kalau Hati Sudah Bicara     
       “Syalwa…temenin aku ke photo copyan yuk!..aku mau motokopi bahasa buat Syila..”,ajakku karena bosan duduk-duduk aja di kelas nunggu dosennya datang.
        Dengan senang hati Syalwa mau menemaniku. Belum sempat kami melangkah jauh dari kelas, kami melihat begitu banyak mahasiswa dan mahasiswi di sekitar tempat photo copyan. Kamipun memutuskan kembali kekelas dan menunda untuk memotokopi.
        “ Tadi aku smsan ma Rangga..”,kata syalwa sambil tersenyum.
        Aku yang terbiasa mengekspresikan sesuatu hanya biasa-biasa aja, hanya mencoba tersenyum menanggapi perkataan Syalwa. Dan sedikit bertanya padanya dengan gaya santaiku, seperti ga’ ada apa-apa. “ Apa katanya?”
        “ Ada dech..mau tau aja”, jawabnya seolah malu.
        Dan aku hanya berkata,”Oh..”. mau gimana lagi, meski aku sangat penasaran dengan apa yang mereka bahas. Aku ga’ bisa berbuat apa-apa. Aku ga’ mau bertanya lebih pada Syalwa, aku ga’ mau dia berpikir aku mau ikut campur urusan pribadainya dengan Rangga. Aku tau pasti, kalau ada sedikit rasa yang ga’ nyaman di hatiku mendengar setiap kedekatan Syalwa dengan Rangga. Tapi aku ga’ mau ambil pusing dengan masalah yang ga’ ada gunanya seperti ini. Ga’ ada gunanya karena ga’ ada yang bakal peduli dengan perasaanku ini.
        Belum sempat aku kembali ke tempatku Syalwa berkata,”Tadi Rangga bilang dia lagi rapat KSI di kampusnya. Dan aku bilang aku mau ikut…dulu di SMA aku ga’ pernah ketinggalan ikut rapat KSI”.
       “Oh..lalu apa katanya?..”, dasar bego aku ini nanyanya itu aja. Mau apalagi hanya pertanyaan itu yang telintas di pikiranku.
        Untung Syalwa ga’ curiga dengan pertanyaanku itu, dan dia lansuna menjawabnya. “Dia menyuruhku datang ke sana…lalu aku bilang ambili Ga aku di kampusku..dan gitu deh”
        Ga’ mau bertanya lebih lanjut aku duduk kembali ke kursi yang aku duduki tadi sebelum pergi. Akupun memasang Heandset ke telinga kiriku mendengarkan radio lewat Hpku. Merasa bosan aku juga smsan dengan temanku yang sekarang berada di Jakarta yaitu Yoga. Sebelum itu aku sempat membaca kembali isi sms Rangga padaku saat aku minta pendapatnya tentang aku. Dia bilang, “ Menurut aku kamu itu orangnya asyik-asyik aja dan aku ga’ boleh berpikir macam-macam tentang diriku”. Ada juga smsnya kemaren waktu aku nanya warna apa yang sesuai karakterku, dan dia sms yang isinya bahwa warna orange sesuai karakterku. Katanya aku ceria dan penuh perhatian. Akupun tersanjung oleh isi smsnya itu, soalnya hanya dia yang memilih warna itu. Teman-temanku yang lain kebanyakan mengatakan aku tipekel cewe’ yang susah ditebak, menarik, bawaannya nyantai, dan kadang nyebelin.
       Sekarang kembali ke Yoga.  Aku nanya kapan dia kembali ke sini dan dia bilang dia ga’ akan kembali sampai kuliahnya selasai dan dia udah punya kerjaan, dia mau pulang dengan bawa hasil yang memuaskan. Meski sekarang di sana dia belum kuliah,dia mau berusaha membuat orang-orang bangga padanya. Jujur aku sebagai temannya bangga punya teman kaya’ dia. Kehilangan tulang punggung keluarganya ga’ membuatnya patah semangat menuntut ilmu. Akupun bercanda dengannya minta di bawain oleh-oleh kalau dia pulang ke sini..em..tapi seperti biasa smsku ga’ di tanggapinya. Dan aku ngerti kalau di sana dia pasti lagi sibuk dan aku ga’ mau ganggu kesibukannya.
        Semua temanku sepertinya menyukai novel-novel yang aku buat, itu terlihat dari raut wajah mereka saat membaca novel buatanku. Mereka begitu menghayati kisah yang ada di dalamnya. Ada yang memintaku membawakannya novel-novelku yang lain dan aku menyanggupinya, karena aku senang ada yang menyukai karyaku. Dan ada juga yang menyarankanku untuk membukukan dan menerbitkan novel-noevlku. Aku hanya tersenyum menanggapi saran mereka, bukan karena aku ga’ suka saran mereka tapi saran itu sudah sering aku dengar dari SMP. Aku memang ada niat kearah sana, tapi bukan sekarang. Aku masih harus banyak banyak belajar cara membuat novel  yang baik dan bagus itu bagaimana dan seperti apa. Aku tau pasti di dalam semua novelku itu masih begitu banyak kekurangannya, ada banyak kalimat dan kata-kata ga’ serasi atau nyambung di dalamnya. Oleh karena itu aku harus banyak mengkoreksi kekurangan-kekurangan itu.
        Di kelas yang paling semangat membaca novelku adalah Mutia. Dia bilang, dia terharu mambaca novelku yang berjudul Kalau Hati Sudah Bicara. Tapi dia ga’ suka andingnya yang aku buat kedua tokoh utamanya meninggal. Sekali lagi aku hanya tersenyum menanggapinya. Memang ceritanya itu sengaja aku buat bukan Happy Ending. Itu aku lakukan agar novelku ga’ bosan dibaca karena andingnya s’lalu bahagia. Aku mendapat saran itu dari temanku Elisa waktu di SMA dulu. Dan aku kira sarannya ada benarnya, sehingga jadilah andingnya serti apa yang ada di dalam novel itu.
        Aku ga’ menyangka Aryo mantan ketua kelas kami juga tertari membaca novelku meski Cuma sebentar. Lucu dech…biasanyakan Cuma cewe’ aja yang suka baca novel cinta. Tapi…apanya yang lucu yach?..kaya’nya itu berlebihan dech aku memandang cowo’. Soalnya, dulukan Lucky juga pernah membaca novel buatanku, meski aku sedikit memaksa. Tapi, dia mau aja aku suruh. Lagian katanya novelku seru ko’ Cuma perlu sedikit perkembangan aja.
        Mmm…ternyata benar apayang pernah aku dengar kalau setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga aku, mungkin dari segi fisik aku banyak sekali kekurangannya. Tapi di balik itu aku diberi banyak kelebihan oleh  Allah, aku termasuk orang yang multi talenta, begitu kata teman-temanku. Selain aku suka membuat novel meski ga’ bagus, aku juga bisa membuat disaen pakaian meski ga’ bisa menjadikannya nyata, membuat sketsa wajah orang meski belum mahir, aku suka membuat benda-benda unik dari kertas warna, aku juga suka membuat puisi cinta meski ga’ bisa kalau diminta membacakannya, aku juga lumayan jago dalam pelejaran berhitung seperti Matematika, di tambah aku tipe orang yang lancar berbahasa Indonesia. He..he..he..meski dari semua kelebihan itu ada juga kekurangannya, tapi aku bangga jadi diriku sendiri.
        Mmmm…itu dia Jordan..kalau ku perhatikan benar-benar tampangnya lumayan juga untuk di taksir oleh dua cewe’. Aku memandang kearah Syalwa yang juga memandang ke arahku saat melihat Jordan duduk sambil memegang Hpnya. Syalwa menggerakkan bibirnya ingin memberi tauku sesuatu. Tapi, suaranya terlalu pelan sehingga aku ga’ mendengar. Aku lalu mendekati Syalwa untuk tau apa perkataannya.
        “ Jordan duduk sejajar dengan Syila..tapi jangan langsung melihat ke arah mereka”, aku tersenyum mendengarnya.
        Sambil menuju ke tempatku semula, ku sempatkan memandang kearah Jordan dan Syila. Dan aku baru sadar perkataan Syalwa benar.
        Kalau aku perhatikan sepertinya Jordan juga ada fell ma Syila. Gara-gara ga’ enak sama Citra, masalahnya jadi rumit.
        Sambil menunggu jam kuliah selanjutnya. Aku, Syalwa, dan Syila menghubungi ka’ Irsyad untuk menyerahkan uang iuran yang sudah terkumpul. Kami sich berharap ka” Irsyad yang ngambil uangnya tapi ternyata bukan. But..it’s ok! Apa pentingnya siapa yang datang buat ngambil uangnya..
        Hari ini aku lelah…banget. Aku pengen segera pulang.

Take 5 "Mawar Putih"


Take 5
Mawar Putih
        Duh..cepe’ juga jadi bendahara. Semuanya pada ribet, gara-gara teman-temanku pada berebutan bayar iuaran saat Andi menagihnya pake mikrofon. Memang sebenarnya ga’ mesti bayar hari ini, ka’ Irsyad juga mintanya hari kamis nyerahin uangnya. Tapi ada gossip kalau kamis libur, makanya di tagihnya sekarang. Biar besok bisa diserahin ma ka’ Irsyad. Meski begitu masih banyak yang belum bayar. Ga’ lama setelah itu ada kabar baru kalau kamis masih kuliah. Sehingga yang belum bisa bayar sekarang masih bisa besok.
        Hari ini sehabis mata kuliah ga’ ada lagi aku dan Syalwa diminta Mutia mengantarnya ke Mesjid untuk pengajian yang orang-orangnya adalah para KSI yang di transfer dari bekas SMA masing-masing. Syalwa beberapa kali mengeluh padaku pengen ikut acara ini. Tapi dia mesti sabar menunggu dirinya di transfer oleh KSI di SMAnya. Aku kurang mengerti masalah ini jadiaku ga’ banyak komentar.
        Kali ini kami mengajak Syila untuk ikut mengantar dan menunggui Mutia dan Syilapun mau. Sambil menunggu Mutia selesai pengajian kami menunggunya di dalam mesjid bagian atas. Seperti kebiasaan para cewe’ lain mengisi waktu luang kami ngobrol. Sesekali Syila minta pandapatku dan Syalwa tentang masalah yang dia hadapi.
        “ Ra..berdasarkan pengetahuan ikam tentang masalahku, apa yang baiknya aku lakukan?” Tanya Syila sambil berbaring.
        Akupun tertawa kecil karena dia bertanya seolah aku tau banyak hal mengenai Cinta. Pacaran aja aku baru sekali dan itupun Cuma sebentar lagian aku juga sekedar suka sama mantanku itu, aku sama sekali ga’ ada rasa Cinta padanya. Itu hanya kekeliruanku untuk mengenali siapa yang sesungguhnya aku cintai. Jadi, apa alasannya Syila bertanya seperti itu padaku.
        “ ko’ kamu ketawa sich Ra…aku serius. Dari novel dan sinetron yang kamu baca pasti kamu tau gimana cara kita mengetahui kalau ada orang yang suka ma  kita?”,tanyanya sedikit kesal.
        “ Oh…”. Aku pikir dia mau nanya bagaimana caranya memecahkan masalahnya dengan Jordan. Kalau dia sampai nanya hal itu aku masih ga’ tau harus jawab apa. He..he..masalahanya kejadian yang dialami Syila juga menimpaku. Gimana aku bisa memecahkan masalahnya Syila, aku aja belum bisa memecahkan masalahku.
        “ Iya Ra..gimana kita tau kalau ada orang yang suka ma kita?”, Syalwa ikut bertanya hal yang sama padaku dan itu membuatku berpikir langsung tertuju pada…Rangga.
        “ Mmm…gimana yach..lihat aja dari sorot matanya..sorot matakan ga’ pernah bohong”.
        Seperti ga’ puas dengan jawabanku mereka kembali mengulang pertanyaan mereka dengan kata-kata yang sedikit berbeda tapi maknanya sama. Untung otakku bereaksi dengan cepat, sehingga aku bisa langsung menjawab pertanyaan mereka.”  Ya udah..gimana kalau pura-pura aja jatuh di depan cowo’ yang kalian curigai suka sama kalian. Pastinya ada reaksi padanya melihat orang yang dia sukai terluka”
        “ jadi kaya’ gerakan refleks karena merasa ada ikatan batin..kaya’ gitu maksud kamu?” kata Syila mengerti maksud kata-kataku.
        Aku mengangguk sekali sambil tersenyum.
        “ Iya juga yach..”, kata Syalwa membenarkan kata-kataku.
        Pembicaraanpun semakin ga’ menentu arah tujuannya saat Syila bertanya pada Syalwa sebenarnya ada apa antara dia dan Rangga. Aku hanya terdiam dan ikut berbaring seperti Syila memandang kearah Syalwa.
        “ Sekarang giliran kamu bercerita Syalwa sama kami?” pinta Syila
        Sambil tersenyum malu syalwa bertanya,” Cerita apa?”
        “ Ya cerita hubungan kamu ma Rangga..apa ada kata-kata yang menjurus kesana..maksudku apa dia ada bilang cinta ma kamu?”
        Aku hanya diam memperhatikan reaksi Syalwa menjawab Tanya Syila. Aku hanya sesekali mengulang dan menambahkan kata-kata Syila.
       Ku lihat Syalwa tersenyum malu seakan ada yang tersembunyi dari senyumannya itu. Dia lantas berkata,“ Oh…ga’ ada ko’, kami cuma temenan aja ko’ dan juga sebatas rekan kerja di dalam organisasi yang kami bina bersama”.
        Akupun teringat kata-kata Syalwa beberapa waktu lalu.dan aku mau membahasnya kembali. Sambil sedikit bercanda aku bertanya,” masa sich..kamu tau ga’ Syil, kaka’ pembinanya menyarankannya nikah ma Rangga loch..”
        “ Beneran itu Syal?” Tanya Syila sedikit kaget dan tersenyum
        “ ga’ tau juga sich..kenapa beliu langsung menjurus ke sana”, jawabnya masih dengan wajah memerah.
        “ Ya wajarlah..kan di dalam islam itu kalau sudah ada rasa langsung aja menjurusnya ke sana sebelum ada  hal-hal yang ga’ diinginkan”, kataku so’ tau.
        “ hm..eh.jadi waktu itu aku telphon-telphonan dengan kaka’ pembimbing KSIku..beliau betakun apa ada ikhwan di KSI yang aku sukai. Aku bilang kalau di sukai sich engga’ tapi sekedar kagum ada sich..lalu beliau bertanya lagi siapa orangnya setelah menyebutkan tiga nama yang menurut beliau dekat lawan aku yaitu Ridwan, Akhmad , dan Rangga.. menurut kaka’ sendiri siapa kataku..”,katanya terhenti karena malu mengungkapkan semuanya.
        Tanpa pikir panjang akupun berkata,”Rangga kan?”
        “ Hi ih..”,jawabnya pelan. akupun tertawa sebentar karena tebakanku benar. Dia lantas meneruskan perkataannya.” Aku bilang aku hanya kagum ma dia bukan ma dia aja tapi ma ikhwan yang lain jua..tapi sedikit lebih dari ikhwan yang lain. Dan beliau bertanya lagi kenapa harus dia padahal masih banyak ikhwan lain yang lebih rupawan, alim darinya. Ga’ tahu dech ka kenapa ulun kagumnya sama dia jawabku..mau gimana lagi ulun dan Ranggakan tergabung dalam satu kepengurusan yang sama, jadi baik dan buruknya Rangga ulun tau. Kalau sama yang lain baik juga sih ka’ tapi ga’ sekenal ulun kepada Rangga. Coba aja kakak kada menempatkan ulun satu kepengurusan dengan  ikhwan yang lain mungkin ulun akan kagumnya ma yang lain. Ini Cuma gara-gara yang sering ketemu itu ya sama Rangga..Ga’ mesti juga kata kaka’ku itu.”
        kembali aku bersua,”yap aku setuju sama kaka’ kamu, ini tergantung takdir Yang Di Atas bila Dia berkehendak kamu suka atau kagumnya sama Rangga meski ga’ satu kepengurusanpun pasti tetap itulah yang terjadi, ya kamu tetap naksirnya sama dia”
        “ Aku ga’ suka sama dia..” keluhnya berlawanan dengan sorot matanya. Dan hanya tersenyum yang mampu aku tampilkan dari layar wajahku.” Maksud beliau itu bila ada yang menarik perhatianku biar di urusakan..tapi kataku aku belum kepikiran ke sana, masih banyak yang belum aku raih..apa lagi waktu itu aku masih SMA masa sudah di takuni kaya’ gitu. Lagian aku Cuma sekedar kagum aja dengan Rangga”,jawabnya
        Aku mungkin berlebihan dalam menduga-duga perasaan Rangga kepada Syalwa dan perasaan Syalwa kepada Rangga. Tapi entah kenapa perasaanku mereka bukan hanya sekedar saling kagum. Tapi…..lebih dari itu. Apalagi dari cerita Syalwa selunjutnya tentang kejutan-kejutan dari Rangga untuknya di hari ulang tahunnya, di tambah beberapa kali Syalwa keceplosan berkata sesuatu yang menunjukkan isi hatinya. Aku…ga’ bisa berkomentar lebih jauh lagi. Rasanya di dadaku sudah terlalu sesak untuk bernafas lepas. Okelah…perasaanku pada Rangga udah mereda tapi tetap aja ada rasa berbeda saat mendengar tentang kedekatan mereka.
        Saat Syalwa bertanya tentang aku karena hanya aku yang jarang bercerita pada mereka, aku hanya tersenyum dan berkata,” ga’ ada yang bisa aku certain”
        “ Masa sich..”,sindir Syila. Tapi mereka ga’ memaksaku bercerita, mereka menghargai keputusanku. Kamipun keluar dari Mesjid takut kalau Mutia sudah selesai dan mencari kami.
        Rangga..apa benar kamu sampai segitunya memperlakukan Syalwa?..aku masih ingat isi smsnya beberapa waktu lalu, saat aku bertanya warna mawar apa yang sesuai karakterku dan dia jawab Mawar Putih. Akupun pernah nanya lagi warna apa yang sesuai denganku dan dia juga bilang putih. Apa benar makna puith yang kamu maksud sama dengan makna putih yang aku masud. Lalu apa Ga alas an kamu memilih warna Ungu sebagai lambang antara kamu dan aku. Sedangkan dalam sms yang aku kirim ke kamu sama sekali ga’ memuat warna Ungu. Apa arti Ungu itu adalah penggabungan warna biru yang artinya teman spesial, putih yang maknanya sahabat baik, dan merahyang artinya kamu membenciku. Kenapa kamu ga’ balas smsku saat aku menanyakan makna warna Ungu. Duh…pikiranku mulai kacau nich. Udahlah aku jangan mikirin hal itu lagi. Bikin kepalaku pusing aja dan hati aku tersayat aja. Huh..
        Karena merasa sudah terlalu sore kami memutuskan pulang duluan, apalagi Mutia mengirim sms ke kami kalau dia kaya’nya masih akan lama jadi kami di mintanya pulang duluan. Saat kami masih berjalan di sekitar kampus, Mutia menelphon Syila memberitahukan kalau dia udah selesai dan sekarang di belakang kami. Ternyata Mutia bersama Ayu yang dipilih menjadi ketua kelompok pengajian mereka. Dan aku ngobrol sama dia, aku minta bantuannya untuk memperoleh nomor Hpnya Zikri. Bukannya apa-apa, aku Cuma pengen ngajakin Zikri buat ngadain reoni. He..he..saat aku bahas dengan Syalwa, wajahnya cemberut. Aku ingat dia bilang ga’ mau kalau Rangga ketemu mantannya Marissa. Aku di buat ketawa karenanya. Dan hal itu semakin memperkuat dugaanku tentang perasaan Syalwa pada Rangga.

Temanku Elisa pernah berkata, “ Sebenarnya perasaan cemburu itu hanya perasaan yang sia-sia. Kalaupun ada perasaan itu, seperti apa rasanya? Sakit dan ga’ enakkan…itulah yang dirasakan iyakan! Lalu bagaimana perasaan Allah SWT karena kita sebagai manusia yang pada dasarnya adalah ciptaan-Nya, lebih sering memikirkan orang itu di bandingkan Allah. Bukankah seharusnya tempat mengadu itu adalah Allah. Jadi apa lagi yang membuat kita cemburu karena Allah selalu ada buat kita melebihi orang-orang di sekitar kita dan cinta-Nya pada kita melebihi cinta kita pada orang yang kita cemburuin”.

Take 4 "Kebimbangan Syila"


Take 4
Kebimbangan Syila
        Membosankan..s’lalu kosong di mata kuliah Matematika. Padahal aku udah kangen banget pengen belajar Matematika, sejak lulus SMA aku udah ga’ pernah belajar Matematika lagi. Tapi..ternyata ga’ benar-benar ada waktu kosong, Andi ketua  kelas kami menyerahkan tugas Pancasila. Dan ngesilinnya, tugasnya itu di kumpulnya besok padahal hari ini ada kuliah sampe sore. Kapan waktunya buat ngerjain tugasnya. Aku benar-benar kesal sama Andi, padahalkan tugasnya itu sudah dari seminggu yang lalu di kasihkan, tapi baru terlaksana hari ini. Ih…
        Saat mengerjakan tugas Pancasila, ka’ Irsyad ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiwa) di kampus kami datang untuk menagih uang iuran bulanan BEM pada kami semua. Dan yang di minta menagih uang adalah aku. Mau gimana lagi akukan bendahara kelas jadi mau ga’ mau aku harus ngelakuin kewajiban aku. Dan ada senangnya juga, soalnya ka’ Irsyad memberiku nomor Hpnya, supaya bila uangnya udah terkumpul aku segera menghubungi beliau. Seperti biasa teman-temanku mulai dech menggodaku gara-gara hal itu.
        Masalahnya selama ini aku ga’ pernah menjadi objek becanda mereka. Karena setau mereka aku ga’ punya idola di kampus, ga’ seperti mereka yang masing-masing punya idola kaka’ kelas. Misalnya Syalwa mengidolakan ka’ Adam yang katanya adalah Divisi Keagamaan di organisasi kampus kami, lalu Syila yang mengidolakan ka’ Juandi yang juga katanya adalah ajudan ka’ Irsyad atau jelasnya wakilnya, dan yang lainnya. Kalau aku jujur, aku itu mengidolakan ka’ Irsyad. Soalnya, ka’ Irsyad itu sosok pemimpin yang bijaksana. He..he..tapi aku ga’ mau cerita sama siapapun, itu ga’ penting. Lagian aku tu ga’ pantes mengidolakan siapapun.
        Semakin lama, masalah semakain bermunculan. Syila, teman dekat aku dan Syalwa mempunyai masalah cukup serius mengenai CINTA SEGITIGA. Selalu masalah cinta segitiga. Dulu, gara-gara cinta segitiga juga dua sahabatku di SMA yaitu Elisa dan Diandra  bermusuhan hingga sekarang. Aku kira saat memasuki bangku kuliah aku ga’ akan mendengar masalah cinta segitiga lagi. Tapi..nyatanya keinginanku itu salah., teman dekat aku dan syalwa yaitu Syila mengalami hal itu. Sebenarnya menurut aku, Jordan itu sukanya sama Syila bukan pada Citra. Tapi Syila merasa ga’ pantas bermusuhan dengan Citra yang notabennya adalah teman satu kosnya.
        Akhirnya Syila memutuskan untuk menghapus perasaannya pada Jordan dan meminta aku dan Syalwa membantunya. Saat mata kuliah Agama aku di minta Syila duduk di belakang bersamanya. Akupun bersedia karena saat itu yang persentasi di depan adalah kelompok Syalwa. Dari pada aku duduk didepan sendirian lebih baik aku menemani Syila. Seperti kebiasan lamaku yang kembali muncul, di belakang aku dan Syila ngobrol membahas masalahnya.
        “ Apa yang tadi aku katakan itu benar Syil..kita ga’ boleh membanding-bandingkan seseorang dengan orang lain..kamu ga’ boleh bilang kalau kamu suka sama dia karena   mirip dengan orang yang kamu pernah suka. Itu berarti kamu ga’ tulus sayang ma orang itu, tapi kamu sayang dengan orang yang kamu bilang mirip ma dia..”, jelasku saat Ibu dosen belun datang.
        Seolah mengerti Syila mengangguk dan berkata, “ jadi gitu yach Ra…   tapi benar dia mirip banget ma soulmateku di SMA”.
        “ Okelah mereka mirip, tapi mereka tetap orang yang berbeda.. dan pasti dari mereka ada perbedaannya, paling engga’ dari perbedaan itu kamu bisa tau apa yang sebenarnya kamu rasakan……”jelasku lalu menghelakan nafas karena rasanya aku ga’ tau lagi harus berkata apa lagi pada Syila.
        Syila tersenyum seakan perkataanku menyadarkannya. Tapi ta’ lama kemudian wajahnya kembali muram.” Lalu gimana caranya aku melupakannya Ra, setiap melihatnya atau ngobrol dengannya aku merasa…”
        “ Iya..aku ngerti..sih.. so’ tau banget yach aku..he..he..ya udah jadi gini aja, kamu coba bersikap tenang setiap muncul masalah kaya gini…aku termasuk tipe orang yang ga’ suka berlebiahan mengekspreslkan perasaanku. Sama kaya’ waktu SMa, aku sama sekali ga’ lulus satupun dalam ujian Try Out, tapi aku ga’ mengekspresikan kesedihanku berkelebihan kaya’ orangkan ada yang Dwoun mungkin aku nangis..iya aku nangis..tapi ga’ berlebihan..”
        “ Oh… jadi kita bersikap santai ajakan”
        “ Heeh…gitu juga kamu harus menanggapi si dia. Setiap kamu berpapasan atau ngobrol dengannya, kamu caba melawan perasaan kamu saat itu. Jadi dari ketenangan kamu itu sebenarnya kamu sedang berperang di dalam diri kamu sendiri. Bila dia senyum kamu juga balas tersenyum. Jadi jangan menghindarinya.”
        “ ya udah mulai sekarang aku akan melawan perasaanku ini”, katanya bersemangat.
        “ Tapi kalau Cuma niat aja yang kuat, itu sia-sia aja”. Ku liahat perkataanku membuatnya ciut. Sebelum dia kembali bingung aku meneruskan perkataanku. “ Aku s’lalu bilang ma diri aku sendiri jangan niat aja yang kuat tapi aku harus bisa mewujudkannya dalam dunia nyata..dan aku s’lalu berkata pada diri aku sendiri bahwa aku bisa.”
        Syilapun mengangguk mengerti penjelasanku. Akhirnya gara-gara asyik ngobrol jadi ga’ sadar kalau Ibu Dosen sudah datang, ga’ mau dapat masalah aku dan Syila lalu mendengarkan persentasi kelompok Syalwa. Dan itulah Syalwa yang membuat semua orang iri dengan kepandaiannya berbicara di depan kelas. Ditambah Riana yang juga Miss coment satu kelompok dengannya. Sehingga terjadi perdebatan sengit antar anngota kelompok. Aku dan Syila tertawa kecil melihat ketidak kompakan mereka terlebih antara Syalwa dengan Riana.
        “ Mmm…ini jadinya bukan diskusi antar kelompok. Tapi…diskusi antar anggota kelompok..”,kata Syila padaku sambil sedikit tertawa.
        Hari ini adalah hari yang panjang untukku dan teman-temanku. Gimana ga’ panjang, kami masuk kuliah dari jam delapan pagi sampai jam setengah enam sore. Terlebih waktu istirahat Cuma sekitar 45 menit, itupun habis dipake buat sholat. Ya habislah..wong sholatnya aja gantian karena musholanya sempit. Tapi dari keterbatasan ruangan itu malah semakin mempererat tali silaturahmi antar mahsiswi dengan mahasiswi, mahasiswi dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa, serta kedekatan dengan para dosen yang sholat di mushola.
        Ya…meski hari ini hari yang pannjang dan melelahkan, tapi aku senang menjalaninya. Karena setibanya di rumah tinggal beberapa menit aja lagi nunggu beduk berbuka puasa.