Label

Rabu, 30 Mei 2012

Pelangi Drama: [Profile] Kim Jaejoong ~JYJ~

Pelangi Drama: [Profile] Kim Jaejoong ~JYJ~: Anyeong chingu kali ini kita maksudnya aku mau bahas profil dari oppa yang sempat jadi trending topic berkat aktingnya di Protect The Boss ...

Minggu, 27 Mei 2012

Pinknikan Ke Pantai Jorong

Jalan-jalan di kebun binatang

Festival Jepang "Haru matsuri" (春祭り) Di Poliban Minggu, 27 Mei 2012

おはようございます!Ohayōgozaimasu!

Hahay..tepat tanggal 27 mei kemarin, diadakan acara festival jepang di kampus Poliban Banjarmasin. ya..ini juga merupakan hari yang ditunggu, but..ga' tahu kenapa cuma semangat untuk pergi ke festival ini ga' seheboh dan sebesar semangat ke festival korea sebelumnya.. Mungkin karena kita-kita ne lebih banyak tahu tentang kebudayaan korea daripada jepang.

Pagi tu kami berangkat dari kost sekitar hampir jam 10 pagi..hehe. dan pagi itu masih sempat-sempatnya aku jadi orang iseng, egois dan nyebelin. hahahaha..korbannya ya sahabat aq yang anak mami " Hamid". Habisnya dari kemarin plin plan amat sich. sebentar bilang kada, sebentar bilang iya, trus paginya bilang engga' lagi. jadinya perlu sedikit ancaman dech..hahahaha aku ga' bermaksud jahat kok, but..di sisa sisa waktu yang ada, aku pengen mengumpulkan banyak2 kenangan bersama teman dan sahabat-sahabatku. sayang banget aku ga' berhasil membujuk Izna. Jumae juga ga' bisa di bujuk, kalau bagian Ina, Rahma dan Tya jelas bukan orang yang mau ikutan ke acara seperti itu.

dan akhirnya Hamid terbujuk, jadi Aku, Mila, Yuyun, Dian dan juga Hamid berangkat bersama ke acara festival...^_^

Awlanya sampai kami pada bingung cari tempat duduk dan apa yang mau dilakuin, but kemudian mila mulai beraksi dengan minta mengajak fhoto orang-orang yang bercostum ala harajuku..Wheeeee....aku sich sebenarnya agak males, but akhirnya ikut juga dech..

Trus, kami liat bagian Iky dan Eva yang sudah kami tunggu sedang asyik fhoto-fhoto di luar gedung, dan Hamid iseng memfhoto mereka dari balik tirai jendela gedung, soalnya saat itu kami ge ada di dalam gedung acaranya..hihihi, nah ne dia fhoto diam2'x..ehem....^_^
Yang ini Iky..

Klo yang ini Eva..

Kemudian kamipun keluar gedung menghampiri teman-teman sekelas kami itu dan ikutan fhoto-fhoto bersama..
Yang ini bagus kan??? Karena dalam keadaan siap..
 
Kalo yang ini..Hm..T_T, Hamid kurang kerjaan..
 
Lalu bagian Iky, Eva dan yang lain pergi untuk masuk ke dalam gedung, saat itulah aksinya Yuyun, Mila dan juga aku. kami fhoto-fhoto di depan spanduk gambar AKB 48 dan JKT 48..
 
 
 

Nah kalo yang ini aksi teman-temanku saat kami sedang fhoto-fhto juga di depan poster, mereka di depan gedungnya..
Oppa dian jadi yang paling ganteng..hahaha
Klo yang ini cukup, ehem dech...hahaha
 
Saat ge jalan2 di liat bazar, ada yang menyewakan pakaian ala jepang termasuk Yukata. dan ini dia aksi mila yang mengenakan pakaian Yukata dengan biaya sewa Rp.25.000

Setelah puas berfhoto sendiri, mila mengajak kami berfhto..
Nah..merasa ada yang janggal ga??? Coba perhatikan tinggi aku, mila dan Yuyun, apa merasa ada yang aneh...???? ^_^

Ne satu ge aksi kami berfhoto dengan orang-orang bercostum ala jepang
 
 
Yang ini fhoto mila dan oppa dian T_T..Andweeee.....Ini fhoto saat mila baru mengambalikan Yukata yang dipakainya..
 
 
Hem...Ini sich aq,,,saat ge pusing, sempat-sempatnya jadi korban kamera iseng Hamidun..
 
Nich masih ada yang lum puas berfhoto..
 
Bahkan saat akan pulang, juga masih sempat..

Karena kepalaku pusing sangat dan ga bisa di komfromi, akhirnya istirahat bentar dan ketemu ge sama teman-temabn sekelas kami, lalu berfhoto ria bersama dech, ga' mau merusak suasana, aku memaksakan diri, padahal rasa sakitnya luar biasa..huhuhuhu, but seru dech...
Yang ini sama Oppa dian..
 
Klo yang ini kerjaan si Hamid yang memfhoto'x setelah semua selesai action..
 
 
Hm..yang ini Oppa Hamid dech...Gayung amet..

Gimana????? Seru donk, meski dalam keadaan kurang sehat dan memaksakan diri, tapi rasanya cukup puas dan menyenangkan. meski acaranya memboasankan, tapi kalau sudah ngumpul sama teman dan sahabat rasanya jadi sangat menyenangkan. dan ini akan menjadi salah satu kenangan yang indah dalam hidupku yang mungkin akan sullt aku lupakan..

Kenangan apa lagi yach yang bakal aku bikin sama teman dan sahabat-sahabatku, jadi ga' sabar?????? ^_^
 
Sampai jumpa lagi!

私はあなたに再びお会いしましょう

Watashi wa anata ni futatabi o ai shimashou!

Kenangan Para Cowok Kelas B'08

Selasa, 22 Mei 2012

Anak Berkebutuhan Khusus


Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Adapun karakteristik yang menonjol pada anak berkebutuhan khusus yakni:
1.Anak dengan  Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Anak dengan  gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan  khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan (low vision) diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar.
2. Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.



 
3.  Anak dengan Gangguan Intelektual (Tunagrahita)

Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata,  sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.



4. Anak dengan Gangguan Gerak Anggota Tubuh  (Tunadaksa)

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi,otot]. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].
Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.


5.Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras)
Anak dengan gangguan prilaku (Tunalaras) adalah anak    yang    berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan   dan pendidikan secara khusus.

6. Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)

Anak yang memiliki potensi kecerdasan tinggi (giftted) dan Anak yang memiliki Bakat Istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus.
7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar  80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama disbanding dengan sebayanya.  Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Anak berkesulitan belajar adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman,  gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.



9.Anak Autis

Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dengan  demikian  dapat diartikan  seorang anak yang hidup dalam dunianya.  Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku social.



 Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusiadalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1.       Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
  1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
  2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
  3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
  4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
  5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :
  1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
  2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
  3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
  1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
  2. Strategi kooperatif
  3. Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
  1. Pendidikan integrasi (terpadu)
  2. Pendidikan segresi (terpisah)
  3. Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
  1. Model biogenetic
  2. Model behavioral/tingkah laku
  3. Model psikodinamika
  4. Model ekologis
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
          Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching.
    1. Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.
    2. Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.


Makalah Penelitian Tindakan Kelas


BAB II
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
A.    Sistematika Laporan Penelitian
1.      Pengertian Laporan
Menurut The Shorter Oxford English Dictionary (Fletcher, 1990), istilah laporan memiliki dua macam pengertian atau definisi, seperti yang di paparkan berikut ini:
a)      Cerita yang dibawakan oleh seseorang kepada orang lain, terutama tentang suatu hal yang diteliti secara khusus.
b)      Pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu.
Laporan adalah bagian dari suatu sistem yang digunakan orang untuk melakukan pekerjaan (Fletcher, 1990: 11). Oleh karena itu, laporan harus membantu dalam menyelesaikan pekerjaan, memecahkan persoalan yang ada, serta memberikan informasi untuk pekerjaan selanjutnya.

2.      Manfaat dan Tujuan Penulisan Laporan
Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Dengan demikian, apapun yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah penelitian berakhir, semuanya terdokumentasikan dengan baik, dan kemudian dapat dikomunikasikan ke berbagai pihak. Dalam penelitian pada umumnya, isinya merupakan laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara pemecahannya.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan antara lain seperti berikut:
1)      Sebagai dokumen penelitian, yang secara pragmatis dapat dimanfaatkan oleh guru atau dosen untuk diajukan sebagai bahan kelengkapan kenaikan pangkat. Bagi guru yang bergolongan IV/a bahkan menulis karya ilmiah, termasuk menulis laporan penelitian merupakan suatu “Kewajiban”
2)      \sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh inspirasi dan/atau acuan teoritik (tinjauan pustaka) untuk melakukan penelitian lainnya
3)      Sebagai bahan supaya orang atau peneliti lain yang membacanya atau ditugaskan mereviewnya dapat memberikan kritik dan saran konstruktif terhadap penelitian yang dilakukan.
4)      Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti yang permasalahannya serupa atau sama.

3.      Struktur Laporan
Struktur laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah laporan, karena format laporan akan merupakan kerangaka berpikir yang dapat memberikan arah penulisan, sehingga memudahkan dalam menulis laporan.
Dalam penelitian PTK, dalam laporan bukan hanya disampaikan hasil dari kegiatan penelitian semata-mata, akan tetapi juga mendeskripsikan semua langkah, dari mulai menemukan masalah, merencanakan (plan), melakukan tindakan (action), mengamati (observation), dan merefleksi (reflection), kemudian kembali ke rencana (revised plan). Laporan PTK adalah laporan rangkaian kegiatan dari mulai ‘plan’ sampai dengan ”plan” berikutnya atau plan yang sudah direvisi. Dengan demikian maka pada laporan PTK akan nampak dari mulai tujuan yang ingin dicapai, metode atau prosedur yang digunakan, masalah yang muncul, dan cara mengatasi atau memecahkan masalah tersebut.

B.     Langkah-langkah Penulisan Laporan Penelitian
1.      Judul
Ada berbagai cara untuk memberikan judul terhadap laporan penelitian tindakan kelas (PTK). Tapi, bagi laporan PTK, judul haruslah mencerminkan sebuah akativitas, jelas dan mudah dipahami,
Contohnya:
Upaya Guru Mengefektifkan Metode Bertanya Untuk
Meningkatkan Interaksi Belajar Murid

2.      Pendahuluan
Pendahuluan merupakan informasi awal dari sebuah tulisan, termasuk laporan PTK, dan merupakan inti, sehingga dengan membaca pendahuluan sudah dapat mengetahui secara umum tentang isi buku atau tulisan tersebut.
Pendahuluan ini dapat diisi antara lain dengan latar belakang masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
3.      Prosedur PTK
Dalam bagian “prosedur” ini dapat diuraikan antara lain tentang:
Ø  Persiapan dalam menyusun atau mengembangkan proposal penelitian.
Ø  Menyiapkan instrumen penelitian
Ø  Menyiapkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK)
Ø  Teknik mengumpulkan data
Ø  Analisi data
Ø  Menafsirkan data
Ø  Menarik kesimpulan
Ø  Menentukan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
Ø  Menentukan tindakan selanjutnya.
4.      Hasil dan Implementasi
Dalam “hasil” ini seorang peneliti PTK perlu melaporkan sejumlah komponen yang saling berkaitan dengan masalah yang diteliti, seperti tindakan dan aktivitas, hasil dari tindakan, serta penafsiran. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang berbagai yang dimaksud terakhir.
a.       Masalah yang diteliti
Masalah yang perlu ditampilkan lagi dalam laporan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk mengingatkan kembali bahwa penelitian ini juga bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut.
b.      Tindakan dan aktivitas
Tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut.
c.       Hasil dari tindakan
Setelah dilakukan tindakan, tunjukkan hasil yang dicapai, apakah masalah dapat diatasi atau tidak.
d.      Penafsiran
Dalam penafsiran dilaporkan, mengapa berhasil dan/atau mengapa tidak berhasil mengatasi masalah. Artinya, hasil PTK tersebut memerlukan adanya pembahasan.

5.      Meta analisis
Laporan juga harus mencantumkan tindakan selanjutnya yang ingin dilakukan. Hal ini penting, karena permasalahan dalam suatu PTk belum tentu dapat diatasi dengan satu kali tindakan dalam satu siklus, melainkan kemungkinan memerlukan tindakan lanjutan dalam siklus berikutnya. Kadang-kadang hal ini memerlukan dua sampai tiga kali tindakan beberapa siklus.
6.      Kesimpulan
Dalam membuat suatu kesimpulan penelitian tindakan kelas (PTK), kemukakanlah pernyataan yang merupakan rumusan hasil pembuktian terhadap hipotesis atau pencapaian tujuan penelitian.
Untuk membuat rumusan kesimpulan hasil PTK perlu memperhatikan beberapa pendekatan yang lazim digunakan oleh para peneliti PT, seperti dipaparkan berikut ini:
a.       Berdasarkan tujuan PTK
Kesimpulan dalam kategori ini ditarik dari rumusan tujuan PTK. Berikut ini adalah contoh penarikan kesimpulan dengan pendekatan ini:

Jika Tujuan berbunyi:
“Murid dapat menjawab pertanyaan anda dengan benar”, sedangkan

Tindakan dirumuskan:
“Menyempurnakan struktur kalimat pertanyaan”, maka

Kesimpulan dapat dirumuskan menjadi:
“Menyempurnakan struktur kalimat tanya, menyebabkan murid dapat menjawab pertanyaan dengan benar”.

b.      Berdasarkan pembuktian hipotesis
Hipotesis merupakan dasar untuk menarik kesimpulan. Setelah melakukan PTK, dan data telah dikumpulkan, yang kemudian dianalisis (dikaji dan dilakukan refleksi) maka kesimpulan tentang hipotesisnya ada dua kemungkinan, yaitu hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Berikut ini adalah contoh perumusan kesimpulan yang ditarik berdasarkan hipotesis penelitian:

Jika HIPOTESIS berbunyi:
Apabila struktur kalimat pertanyaan yang diajukan pada murid sudah baik dan benar, maka murid akan dengan mudah menjawab pertanyaan tersebut, maka

Kesimpulan dapat dirumuskan menjadi:
1)      Struktur kalimat pertanyaan yang baik dan benar memudahkan murid untuk menjawab pertanyaan (hipotesis terbukti atau diterima)
Atau
2)      Struktur kalimat pertanyaan yang baik dan benar tidak merubah keadaan yaitu murid tetap saja tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar (hipotesis ditolak)

c.       Berdasarkan butir temuan yang dianggap penting
Selain berdasarkan tujuan dan hipotesis, dapat juga menyimpulkan sesuatu yang lain yang dianggap penting, walaupun tidak terdapat dalam tujuan atau hipotesis penelitian.

7.      Rekomendasi
Rekomendasi adalah suatu saran konkrit yang dilakukan oleh peneliti pada akhir sebuah laporan penelitian. Untuk keperluan ini maka saran perbaikan biasanya ditujukan pada para pembuat kebijakan.
PTK mempunyai dua peran yaitu peran ”involvement” yaitu melibatkan guru secara langsung sebagai subjek dalam pelaksanaan PTK, dan peran “improvement” yaitu menempatkan guru untuk melakukan berbagai perbaikan, termasuk pola pikir dan cara kerjanya. Oleh karena itu, guru sebagai peneliti PTK harus memiliki objektivitas yang tinggi sejak dari mulai merencanakan, melaksanakan sampai dengan menyusun laporan.

C.     Kriteria Ilmiah dalam Penulisan Laporan Penelitian
1.      Kebenaran
Suatu kebenaran, dalam hal ini adalah kebenaran ilmiah harus memenuhi prinsip koherensi. Artinya, sesuatu dikatakan mengandung kebenaran apabila suatu pernyataan dengan pernyataan lain saling berkaitan dan menunjang satu sama lain, atau dengan bahasa sederhana “ada benang merah” yang menghubungkan satu pernyataan dengan pernyataan lain.
Selain koherensi, suatu kebenaran ilmiah harus memenuhi kriteria korespondensi. Hal ini berarti bahwa suatu pernyataan benar jika pernyataan tersebut sesuai dengan obyek yang disebutkan dalam pernyataan yang dimaksud, atau dengan perkataan pernyataan benar jika faktual dan di dukung dengan bukti, data, atau informasi yang relevan.
Kriteria lain yang juga dapat digunakan untuk menguji kebenaran ilmiah suatu tulisan atau laporan adalah prinsip pragmatik. Artinya, suatu pernyataan benar jika esensi atau muatan dalam pernyataan tersebut bermanfaat bagi kehidupan.
2.      Metode Ilmiah
Muatan dalam suatu tulisan ilmiah harus benar secara ilmiah (memenuhi kriteria koherensi, korespondensi, dan pragmatik), akan tetapi kriteria itu saja tidak cukup. Kebenaran dalam pernyataan atau tulisan harus dihasilkan melalui proses kerja ilmiah. Masalahnya, bisa saja seseorang menemukan kebenaran dengan cara-cara non-ilmiah, tetapi peluang menemukan kebenaran dengan cara non-ilmiah yang sama sangat kecil dan seringkali sulit dipelajari orang lain.\
Dalam tradisi ilmiah, paling tidak ada sejumlah pendekatan yang lazim dipergunakan dan dikategorikan sebagai metode ilmiah. Misalnya, metode induktif, metode deduktif, dan metode kombinasi induktif-deduktif (reflective thinking dan penelitian ilmiah)
3.      Tatacara Penulisan Ilmiah
Dalam hal tatacara penulisan ilmiah ada dua dimensi utama yang harus mendapatkan perhatian. Pertama, kebahasaan, dan kedua teknik tata-tulis.
Persoalan bahasa bukan hanya monopoli kalangan bahasawan, tetapi menjadi persoalan semua orang yang ingin menulis, terutama tulisan ilmiah. Beberapa prinsip kebahasaan yang perlu diperhatikan adalah berkenaan dengan penggunaan kata yang harus baku (formal). Selain itu, juga harus mengacu pada ejaan yang lazim, misalnya memenggal kata, penggunaan tanda petik, menuliskan kata ulang, penggunaan huruf besar-kecil.
Dari segi teknik tata-tulis sesungguhnya sangat bervariasi, dan seringkali lain intuisi lain pula teknik tata-tulis yang digunakan, lain perguruan tinggi, lain lagi pedomannya.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika
Wardhani, Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka