BAB II
PENYUSUNAN
LAPORAN PENELITIAN
A.
Sistematika
Laporan Penelitian
1.
Pengertian
Laporan
Menurut The Shorter
Oxford English Dictionary (Fletcher, 1990), istilah laporan memiliki dua macam
pengertian atau definisi, seperti yang di paparkan berikut ini:
a) Cerita
yang dibawakan oleh seseorang kepada orang lain, terutama tentang suatu hal
yang diteliti secara khusus.
b) Pernyataan
formal tentang hasil penelitian, atau apa saja yang memerlukan informasi yang
pasti, yang dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan
untuk melakukan hal itu.
Laporan adalah bagian
dari suatu sistem yang digunakan
orang untuk melakukan pekerjaan (Fletcher, 1990: 11). Oleh karena itu, laporan
harus membantu dalam menyelesaikan pekerjaan, memecahkan persoalan yang ada, serta
memberikan informasi untuk pekerjaan selanjutnya.
2. Manfaat
dan Tujuan Penulisan Laporan
Tujuan
menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan
merekomendasikan hasil penelitian. Dengan demikian, apapun yang dilakukan
sebelum, selama, dan setelah penelitian berakhir, semuanya terdokumentasikan
dengan baik, dan kemudian dapat dikomunikasikan ke berbagai pihak. Dalam
penelitian pada umumnya, isinya merupakan laporan hasil penelitian yang berupa
temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan
yang perlu dicarikan cara pemecahannya.
Laporan
PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan antara lain
seperti berikut:
1)
Sebagai
dokumen penelitian, yang secara pragmatis dapat dimanfaatkan oleh guru atau
dosen untuk diajukan sebagai bahan kelengkapan kenaikan pangkat. Bagi guru yang
bergolongan IV/a bahkan menulis karya ilmiah, termasuk menulis laporan
penelitian merupakan suatu “Kewajiban”
2)
\sebagai
sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh inspirasi
dan/atau acuan teoritik (tinjauan pustaka) untuk melakukan penelitian lainnya
3)
Sebagai
bahan supaya orang atau peneliti lain yang membacanya atau ditugaskan
mereviewnya dapat memberikan kritik dan saran konstruktif terhadap penelitian
yang dilakukan.
4)
Sebagai
acuan dan perbandingan bagi peneliti yang permasalahannya serupa atau sama.
3. Struktur
Laporan
Struktur
laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah laporan, karena
format laporan akan merupakan kerangaka berpikir yang dapat memberikan arah
penulisan, sehingga memudahkan dalam menulis laporan.
Dalam
penelitian PTK, dalam laporan bukan hanya disampaikan hasil dari kegiatan
penelitian semata-mata, akan tetapi juga mendeskripsikan semua langkah, dari
mulai menemukan masalah, merencanakan (plan),
melakukan tindakan (action),
mengamati (observation), dan
merefleksi (reflection), kemudian
kembali ke rencana (revised plan).
Laporan PTK adalah laporan rangkaian kegiatan dari mulai ‘plan’ sampai dengan ”plan”
berikutnya atau plan yang sudah
direvisi. Dengan demikian maka pada laporan PTK akan nampak dari mulai tujuan
yang ingin dicapai, metode atau prosedur yang digunakan, masalah yang muncul,
dan cara mengatasi atau memecahkan masalah tersebut.
B. Langkah-langkah Penulisan Laporan Penelitian
1.
Judul
Ada
berbagai cara untuk memberikan judul terhadap laporan penelitian tindakan kelas
(PTK). Tapi, bagi laporan PTK, judul haruslah mencerminkan sebuah akativitas,
jelas dan mudah dipahami,
Contohnya:
Upaya Guru Mengefektifkan
Metode Bertanya Untuk
Meningkatkan Interaksi Belajar
Murid
2.
Pendahuluan
Pendahuluan
merupakan informasi awal dari sebuah tulisan, termasuk laporan PTK, dan
merupakan inti, sehingga dengan membaca pendahuluan sudah dapat mengetahui
secara umum tentang isi buku atau tulisan tersebut.
Pendahuluan
ini dapat diisi antara lain dengan latar belakang masalah, tujuan, dan manfaat
penelitian.
3.
Prosedur
PTK
Dalam
bagian “prosedur” ini dapat diuraikan antara lain tentang:
Ø
Persiapan
dalam menyusun atau mengembangkan proposal penelitian.
Ø
Menyiapkan
instrumen penelitian
Ø
Menyiapkan
untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK)
Ø
Teknik
mengumpulkan data
Ø
Analisi
data
Ø
Menafsirkan
data
Ø
Menarik
kesimpulan
Ø
Menentukan
tindakan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
Ø
Menentukan
tindakan selanjutnya.
4.
Hasil
dan Implementasi
Dalam
“hasil” ini seorang peneliti PTK perlu melaporkan sejumlah komponen yang saling
berkaitan dengan masalah yang diteliti, seperti tindakan dan aktivitas, hasil
dari tindakan, serta penafsiran. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang
berbagai yang dimaksud terakhir.
a.
Masalah
yang diteliti
Masalah yang
perlu ditampilkan lagi dalam laporan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk
mengingatkan kembali bahwa penelitian ini juga bertujuan untuk mengatasi
masalah tersebut.
b.
Tindakan
dan aktivitas
Tindakan atau
aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut.
c.
Hasil
dari tindakan
Setelah
dilakukan tindakan, tunjukkan hasil yang dicapai, apakah masalah dapat diatasi
atau tidak.
d.
Penafsiran
Dalam penafsiran dilaporkan, mengapa berhasil dan/atau
mengapa tidak berhasil mengatasi masalah. Artinya, hasil PTK tersebut
memerlukan adanya pembahasan.
5.
Meta
analisis
Laporan juga harus mencantumkan tindakan selanjutnya yang
ingin dilakukan. Hal ini penting, karena permasalahan dalam suatu PTk belum
tentu dapat diatasi dengan satu kali tindakan dalam satu siklus, melainkan
kemungkinan memerlukan tindakan lanjutan dalam siklus berikutnya. Kadang-kadang
hal ini memerlukan dua sampai tiga kali tindakan beberapa siklus.
6.
Kesimpulan
Dalam membuat suatu kesimpulan penelitian tindakan kelas
(PTK), kemukakanlah pernyataan yang merupakan rumusan hasil pembuktian terhadap
hipotesis atau pencapaian tujuan penelitian.
Untuk membuat rumusan kesimpulan hasil PTK perlu
memperhatikan beberapa pendekatan yang lazim digunakan oleh para peneliti PT,
seperti dipaparkan berikut ini:
a.
Berdasarkan
tujuan PTK
Kesimpulan dalam kategori ini ditarik dari rumusan tujuan
PTK. Berikut ini adalah contoh penarikan kesimpulan dengan pendekatan ini:
Jika
Tujuan berbunyi:
“Murid dapat menjawab pertanyaan anda dengan benar”, sedangkan
Tindakan dirumuskan:
“Menyempurnakan struktur kalimat pertanyaan”, maka
Kesimpulan dapat dirumuskan menjadi:
“Menyempurnakan struktur kalimat tanya, menyebabkan murid
dapat menjawab pertanyaan dengan benar”.
b.
Berdasarkan
pembuktian hipotesis
Hipotesis
merupakan dasar untuk menarik kesimpulan. Setelah melakukan PTK, dan data telah
dikumpulkan, yang kemudian dianalisis (dikaji dan dilakukan refleksi) maka
kesimpulan tentang hipotesisnya ada dua kemungkinan, yaitu hipotesis tersebut
diterima atau ditolak. Berikut ini adalah contoh perumusan kesimpulan yang ditarik
berdasarkan hipotesis penelitian:
Jika HIPOTESIS
berbunyi:
Apabila
struktur kalimat pertanyaan yang diajukan pada murid sudah baik dan benar, maka
murid akan dengan mudah menjawab pertanyaan tersebut, maka
Kesimpulan dapat dirumuskan menjadi:
1)
Struktur
kalimat pertanyaan yang baik dan benar memudahkan murid untuk menjawab
pertanyaan (hipotesis terbukti atau
diterima)
Atau
2)
Struktur
kalimat pertanyaan yang baik dan benar tidak merubah keadaan yaitu murid tetap
saja tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar (hipotesis ditolak)
c.
Berdasarkan
butir temuan yang dianggap penting
Selain
berdasarkan tujuan dan hipotesis, dapat juga menyimpulkan sesuatu yang lain
yang dianggap penting, walaupun tidak terdapat dalam tujuan atau hipotesis
penelitian.
7.
Rekomendasi
Rekomendasi
adalah suatu saran konkrit yang dilakukan oleh peneliti pada akhir sebuah
laporan penelitian. Untuk keperluan ini maka saran perbaikan biasanya ditujukan
pada para pembuat kebijakan.
PTK
mempunyai dua peran yaitu peran ”involvement”
yaitu melibatkan guru secara langsung sebagai subjek dalam pelaksanaan PTK, dan
peran “improvement” yaitu menempatkan
guru untuk melakukan berbagai perbaikan, termasuk pola pikir dan cara kerjanya.
Oleh karena itu, guru sebagai peneliti PTK harus memiliki objektivitas yang
tinggi sejak dari mulai merencanakan, melaksanakan sampai dengan menyusun
laporan.
C. Kriteria Ilmiah dalam Penulisan Laporan Penelitian
1.
Kebenaran
Suatu
kebenaran, dalam hal ini adalah kebenaran ilmiah harus memenuhi prinsip
koherensi. Artinya, sesuatu dikatakan mengandung kebenaran apabila suatu
pernyataan dengan pernyataan lain saling berkaitan dan menunjang satu sama
lain, atau dengan bahasa sederhana “ada benang merah” yang menghubungkan satu
pernyataan dengan pernyataan lain.
Selain
koherensi, suatu kebenaran ilmiah harus memenuhi kriteria korespondensi. Hal
ini berarti bahwa suatu pernyataan benar jika pernyataan tersebut sesuai dengan
obyek yang disebutkan dalam pernyataan yang dimaksud, atau dengan perkataan
pernyataan benar jika faktual dan di dukung dengan bukti, data, atau informasi
yang relevan.
Kriteria
lain yang juga dapat digunakan untuk menguji kebenaran ilmiah suatu tulisan
atau laporan adalah prinsip pragmatik. Artinya, suatu pernyataan benar jika
esensi atau muatan dalam pernyataan tersebut bermanfaat bagi kehidupan.
2.
Metode
Ilmiah
Muatan
dalam suatu tulisan ilmiah harus benar secara ilmiah (memenuhi kriteria
koherensi, korespondensi, dan pragmatik), akan tetapi kriteria itu saja tidak
cukup. Kebenaran dalam pernyataan atau tulisan harus dihasilkan melalui proses
kerja ilmiah. Masalahnya, bisa saja seseorang menemukan kebenaran dengan
cara-cara non-ilmiah, tetapi peluang menemukan kebenaran dengan cara non-ilmiah
yang sama sangat kecil dan seringkali sulit dipelajari orang lain.\
Dalam
tradisi ilmiah, paling tidak ada sejumlah pendekatan yang lazim dipergunakan
dan dikategorikan sebagai metode ilmiah. Misalnya, metode induktif, metode
deduktif, dan metode kombinasi induktif-deduktif (reflective thinking dan
penelitian ilmiah)
3.
Tatacara
Penulisan Ilmiah
Dalam
hal tatacara penulisan ilmiah ada dua dimensi utama yang harus mendapatkan
perhatian. Pertama, kebahasaan, dan kedua teknik tata-tulis.
Persoalan
bahasa bukan hanya monopoli kalangan bahasawan, tetapi menjadi persoalan semua
orang yang ingin menulis, terutama tulisan ilmiah. Beberapa prinsip kebahasaan
yang perlu diperhatikan adalah berkenaan dengan penggunaan kata yang harus baku
(formal). Selain itu, juga harus mengacu pada ejaan yang lazim, misalnya
memenggal kata, penggunaan tanda petik, menuliskan kata ulang, penggunaan huruf
besar-kecil.
Dari
segi teknik tata-tulis sesungguhnya sangat bervariasi, dan seringkali lain
intuisi lain pula teknik tata-tulis yang digunakan, lain perguruan tinggi, lain
lagi pedomannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Sinar Grafika
Wardhani,
Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar