“Syalwa…temenin
aku ke photo copyan yuk!..aku mau motokopi bahasa buat Syila..”,ajakku karena
bosan duduk-duduk aja di kelas nunggu dosennya datang.
Dengan
senang hati Syalwa mau menemaniku. Belum sempat kami melangkah jauh dari kelas,
kami melihat begitu banyak mahasiswa dan mahasiswi di sekitar tempat photo
copyan. Kamipun memutuskan kembali kekelas dan menunda untuk memotokopi.
“ Tadi aku
smsan ma Rangga..”,kata syalwa sambil tersenyum.
Aku yang terbiasa mengekspresikan
sesuatu hanya biasa-biasa aja, hanya mencoba tersenyum menanggapi perkataan
Syalwa. Dan sedikit bertanya padanya dengan gaya santaiku, seperti ga’ ada apa-apa. “ Apa
katanya?”
“ Ada dech..mau tau aja”,
jawabnya seolah malu.
Dan aku
hanya berkata,”Oh..”. mau gimana lagi, meski aku sangat penasaran dengan apa
yang mereka bahas. Aku ga’ bisa berbuat apa-apa. Aku ga’ mau bertanya lebih
pada Syalwa, aku ga’ mau dia berpikir aku mau ikut campur urusan pribadainya
dengan Rangga. Aku tau pasti, kalau ada sedikit rasa yang ga’ nyaman di hatiku
mendengar setiap kedekatan Syalwa dengan Rangga. Tapi aku ga’ mau ambil pusing
dengan masalah yang ga’ ada gunanya seperti ini. Ga’ ada gunanya karena ga’ ada
yang bakal peduli dengan perasaanku ini.
Belum sempat
aku kembali ke tempatku Syalwa berkata,”Tadi Rangga bilang dia lagi rapat KSI
di kampusnya. Dan aku bilang aku mau ikut…dulu di SMA aku ga’ pernah
ketinggalan ikut rapat KSI”.
“Oh..lalu apa
katanya?..”, dasar bego aku ini nanyanya itu aja. Mau apalagi hanya pertanyaan
itu yang telintas di pikiranku.
Untung Syalwa
ga’ curiga dengan pertanyaanku itu, dan dia lansuna menjawabnya. “Dia
menyuruhku datang ke sana…lalu
aku bilang ambili Ga aku di kampusku..dan gitu deh”
Ga’ mau
bertanya lebih lanjut aku duduk kembali ke kursi yang aku duduki tadi sebelum
pergi. Akupun memasang Heandset ke telinga kiriku mendengarkan radio lewat
Hpku. Merasa bosan aku juga smsan dengan temanku yang sekarang berada di Jakarta yaitu Yoga. Sebelum itu aku sempat membaca
kembali isi sms Rangga padaku saat aku minta pendapatnya tentang aku. Dia
bilang, “ Menurut aku kamu itu orangnya asyik-asyik aja dan aku ga’ boleh
berpikir macam-macam tentang diriku”. Ada
juga smsnya kemaren waktu aku nanya warna apa yang sesuai karakterku, dan dia
sms yang isinya bahwa warna orange sesuai karakterku. Katanya aku ceria dan penuh perhatian.
Akupun tersanjung oleh isi smsnya itu, soalnya hanya dia yang memilih warna
itu. Teman-temanku yang lain kebanyakan mengatakan aku tipekel cewe’ yang susah
ditebak, menarik, bawaannya nyantai, dan kadang nyebelin.
Sekarang
kembali ke Yoga. Aku nanya kapan dia
kembali ke sini dan dia bilang dia ga’ akan kembali sampai kuliahnya selasai
dan dia udah punya kerjaan, dia mau pulang dengan bawa hasil yang memuaskan.
Meski sekarang di sana
dia belum kuliah,dia mau berusaha membuat orang-orang bangga padanya. Jujur aku
sebagai temannya bangga punya teman kaya’ dia. Kehilangan tulang punggung keluarganya
ga’ membuatnya patah semangat menuntut ilmu. Akupun bercanda dengannya minta di
bawain oleh-oleh kalau dia pulang ke sini..em..tapi seperti biasa smsku ga’ di
tanggapinya. Dan aku ngerti kalau di sana
dia pasti lagi sibuk dan aku ga’ mau ganggu kesibukannya.
Semua
temanku sepertinya menyukai novel-novel yang aku buat, itu terlihat dari raut
wajah mereka saat membaca novel buatanku. Mereka begitu menghayati kisah yang
ada di dalamnya. Ada
yang memintaku membawakannya novel-novelku yang lain dan aku menyanggupinya,
karena aku senang ada yang menyukai karyaku. Dan ada juga yang menyarankanku
untuk membukukan dan menerbitkan novel-noevlku. Aku hanya tersenyum menanggapi
saran mereka, bukan karena aku ga’ suka saran mereka tapi saran itu sudah sering
aku dengar dari SMP. Aku memang ada niat kearah sana, tapi bukan sekarang. Aku masih harus
banyak banyak belajar cara membuat novel
yang baik dan bagus itu bagaimana dan seperti apa. Aku tau pasti di
dalam semua novelku itu masih begitu banyak kekurangannya, ada banyak kalimat
dan kata-kata ga’ serasi atau nyambung di dalamnya. Oleh karena itu aku harus
banyak mengkoreksi kekurangan-kekurangan itu.
Di kelas
yang paling semangat membaca novelku adalah Mutia. Dia bilang, dia terharu
mambaca novelku yang berjudul Kalau Hati Sudah Bicara. Tapi dia ga’ suka andingnya yang aku buat kedua tokoh
utamanya meninggal. Sekali lagi aku hanya tersenyum menanggapinya. Memang
ceritanya itu sengaja aku buat bukan Happy Ending. Itu aku lakukan agar novelku
ga’ bosan dibaca karena andingnya s’lalu bahagia. Aku mendapat saran itu dari
temanku Elisa waktu di SMA dulu. Dan aku kira sarannya ada benarnya, sehingga
jadilah andingnya serti apa yang ada di dalam novel itu.
Aku ga’
menyangka Aryo mantan ketua kelas kami juga tertari membaca novelku
meski Cuma sebentar. Lucu dech…biasanyakan Cuma cewe’ aja yang suka baca novel
cinta. Tapi…apanya yang lucu yach?..kaya’nya itu berlebihan dech aku memandang
cowo’. Soalnya, dulukan Lucky juga pernah membaca novel buatanku, meski aku sedikit
memaksa. Tapi, dia mau aja aku suruh. Lagian katanya novelku seru ko’ Cuma
perlu sedikit perkembangan aja.
Mmm…ternyata
benar apayang pernah aku dengar kalau
setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga aku, mungkin dari segi fisik aku banyak
sekali kekurangannya. Tapi di balik itu aku diberi banyak kelebihan oleh Allah, aku termasuk orang yang multi talenta,
begitu kata teman-temanku. Selain aku suka membuat novel meski ga’ bagus, aku
juga bisa membuat disaen pakaian meski ga’ bisa menjadikannya nyata, membuat
sketsa wajah orang meski belum mahir, aku suka membuat benda-benda unik dari
kertas warna, aku juga suka membuat puisi cinta meski ga’ bisa kalau diminta
membacakannya, aku juga lumayan jago dalam pelejaran berhitung seperti
Matematika, di tambah aku tipe orang yang lancar berbahasa Indonesia.
He..he..he..meski dari semua kelebihan itu ada juga kekurangannya, tapi aku
bangga jadi diriku sendiri.
Mmmm…itu dia
Jordan..kalau
ku perhatikan benar-benar tampangnya lumayan juga untuk di taksir oleh dua cewe’.
Aku memandang kearah Syalwa yang juga memandang ke arahku saat melihat Jordan
duduk sambil memegang Hpnya. Syalwa menggerakkan bibirnya ingin memberi tauku
sesuatu. Tapi, suaranya terlalu pelan sehingga aku ga’ mendengar. Aku lalu
mendekati Syalwa untuk tau apa perkataannya.
“ Jordan
duduk sejajar dengan Syila..tapi jangan langsung melihat ke arah mereka”, aku
tersenyum mendengarnya.
Sambil
menuju ke tempatku semula, ku sempatkan memandang kearah Jordan dan Syila. Dan aku baru
sadar perkataan Syalwa benar.
Kalau aku
perhatikan sepertinya Jordan
juga ada fell ma Syila. Gara-gara ga’ enak sama Citra, masalahnya jadi rumit.
Sambil
menunggu jam kuliah selanjutnya. Aku, Syalwa, dan Syila menghubungi ka’ Irsyad
untuk menyerahkan uang iuran yang sudah terkumpul. Kami sich berharap ka”
Irsyad yang ngambil uangnya tapi ternyata bukan. But..it’s ok! Apa pentingnya
siapa yang datang buat ngambil uangnya..
Hari ini aku lelah…banget. Aku pengen
segera pulang.