Duh..cepe’
juga jadi bendahara. Semuanya pada ribet, gara-gara teman-temanku pada
berebutan bayar iuaran saat Andi menagihnya pake mikrofon. Memang sebenarnya
ga’ mesti bayar hari ini, ka’ Irsyad juga mintanya hari kamis nyerahin uangnya.
Tapi ada gossip kalau kamis libur, makanya di tagihnya sekarang. Biar besok
bisa diserahin ma ka’ Irsyad. Meski begitu masih banyak yang belum bayar. Ga’
lama setelah itu ada kabar baru kalau kamis masih kuliah. Sehingga yang belum
bisa bayar sekarang masih bisa besok.
Hari ini
sehabis mata kuliah ga’ ada lagi aku dan Syalwa diminta Mutia mengantarnya ke Mesjid untuk
pengajian yang orang-orangnya adalah para KSI yang di transfer dari bekas SMA
masing-masing. Syalwa beberapa kali mengeluh padaku pengen ikut acara ini. Tapi
dia mesti sabar menunggu dirinya di transfer oleh KSI di SMAnya. Aku kurang
mengerti masalah ini jadiaku ga’ banyak komentar.
Kali ini
kami mengajak Syila untuk ikut mengantar dan menunggui Mutia dan Syilapun mau.
Sambil menunggu Mutia selesai pengajian kami menunggunya di dalam mesjid bagian
atas. Seperti kebiasaan para cewe’ lain mengisi waktu luang kami ngobrol.
Sesekali Syila minta pandapatku dan Syalwa tentang masalah yang dia hadapi.
“
Ra..berdasarkan pengetahuan ikam tentang masalahku, apa yang baiknya aku
lakukan?” Tanya Syila sambil berbaring.
Akupun
tertawa kecil karena dia bertanya seolah aku tau banyak hal mengenai Cinta.
Pacaran aja aku baru sekali dan itupun Cuma sebentar lagian aku juga sekedar
suka sama mantanku itu, aku sama sekali ga’ ada rasa Cinta padanya. Itu hanya
kekeliruanku untuk mengenali siapa yang sesungguhnya aku cintai. Jadi, apa
alasannya Syila bertanya seperti itu padaku.
“ ko’ kamu ketawa sich Ra…aku serius.
Dari novel dan sinetron yang kamu baca pasti kamu tau gimana cara kita
mengetahui kalau ada orang yang suka ma
kita?”,tanyanya sedikit kesal.
“ Oh…”. Aku
pikir dia mau nanya bagaimana caranya memecahkan masalahnya dengan Jordan.
Kalau dia sampai nanya hal itu aku masih ga’ tau harus jawab apa.
He..he..masalahanya kejadian yang dialami Syila juga menimpaku. Gimana aku bisa
memecahkan masalahnya Syila, aku aja belum bisa memecahkan masalahku.
“ Iya
Ra..gimana kita tau kalau ada orang yang suka ma kita?”, Syalwa ikut bertanya
hal yang sama padaku dan itu membuatku berpikir langsung tertuju pada…Rangga.
“ Mmm…gimana
yach..lihat aja dari sorot matanya..sorot matakan ga’ pernah bohong”.
Seperti ga’
puas dengan jawabanku mereka kembali mengulang pertanyaan mereka dengan
kata-kata yang sedikit berbeda tapi maknanya sama. Untung otakku bereaksi
dengan cepat, sehingga aku bisa langsung menjawab pertanyaan mereka.” Ya udah..gimana kalau pura-pura aja jatuh di
depan cowo’ yang kalian curigai suka sama kalian. Pastinya ada reaksi padanya
melihat orang yang dia sukai terluka”
“ jadi kaya’
gerakan refleks karena merasa ada ikatan batin..kaya’ gitu maksud kamu?” kata
Syila mengerti maksud kata-kataku.
Aku
mengangguk sekali sambil tersenyum.
“ Iya juga yach..”, kata Syalwa membenarkan
kata-kataku.
Pembicaraanpun semakin ga’ menentu arah
tujuannya saat Syila bertanya pada Syalwa sebenarnya ada apa antara dia dan
Rangga. Aku hanya terdiam dan ikut berbaring seperti Syila memandang kearah
Syalwa.
“ Sekarang giliran kamu bercerita Syalwa
sama kami?” pinta Syila
Sambil tersenyum malu syalwa bertanya,”
Cerita apa?”
“ Ya cerita hubungan kamu ma Rangga..apa ada
kata-kata yang menjurus kesana..maksudku apa dia ada bilang cinta ma kamu?”
Aku hanya
diam memperhatikan reaksi Syalwa menjawab Tanya Syila. Aku hanya sesekali
mengulang dan menambahkan kata-kata Syila.
Ku lihat
Syalwa tersenyum malu seakan ada yang tersembunyi dari senyumannya itu. Dia
lantas berkata,“ Oh…ga’ ada ko’, kami cuma temenan aja ko’ dan juga sebatas
rekan kerja di dalam organisasi yang kami bina bersama”.
Akupun
teringat kata-kata Syalwa beberapa waktu lalu.dan aku mau membahasnya kembali.
Sambil sedikit bercanda aku bertanya,” masa sich..kamu tau ga’ Syil, kaka’
pembinanya menyarankannya nikah ma Rangga loch..”
“ Beneran itu Syal?” Tanya Syila
sedikit kaget dan tersenyum
“ ga’ tau
juga sich..kenapa beliu langsung menjurus ke sana”, jawabnya masih dengan wajah memerah.
“ Ya
wajarlah..kan di dalam islam itu kalau sudah
ada rasa langsung aja menjurusnya ke sana
sebelum ada hal-hal yang ga’
diinginkan”, kataku so’ tau.
“
hm..eh.jadi waktu itu aku telphon-telphonan dengan kaka’ pembimbing
KSIku..beliau betakun apa ada ikhwan di KSI yang aku sukai. Aku bilang kalau di
sukai sich engga’ tapi sekedar kagum ada sich..lalu beliau bertanya lagi siapa
orangnya setelah menyebutkan tiga nama yang menurut beliau dekat lawan aku
yaitu Ridwan, Akhmad , dan Rangga.. menurut kaka’ sendiri siapa kataku..”,katanya
terhenti karena malu mengungkapkan semuanya.
Tanpa pikir
panjang akupun berkata,”Rangga kan?”
“ Hi ih..”,jawabnya
pelan. akupun tertawa sebentar karena tebakanku benar. Dia lantas meneruskan
perkataannya.” Aku bilang aku hanya kagum ma dia bukan ma dia aja tapi ma ikhwan
yang lain jua..tapi sedikit lebih dari ikhwan yang lain. Dan beliau bertanya
lagi kenapa harus dia padahal masih banyak ikhwan lain yang lebih rupawan, alim
darinya. Ga’ tahu dech ka kenapa ulun kagumnya sama dia jawabku..mau gimana
lagi ulun dan Ranggakan tergabung dalam satu kepengurusan yang sama, jadi baik
dan buruknya Rangga ulun tau. Kalau sama yang lain baik juga sih ka’ tapi ga’
sekenal ulun kepada Rangga. Coba aja kakak kada menempatkan ulun satu
kepengurusan dengan ikhwan yang lain
mungkin ulun akan kagumnya ma yang lain. Ini Cuma gara-gara yang sering ketemu itu
ya sama Rangga..Ga’ mesti juga kata kaka’ku itu.”
kembali aku
bersua,”yap aku setuju sama kaka’ kamu, ini tergantung takdir Yang Di Atas bila
Dia berkehendak kamu suka atau kagumnya sama Rangga meski ga’ satu
kepengurusanpun pasti tetap itulah yang terjadi, ya kamu tetap naksirnya sama
dia”
“ Aku ga’ suka sama dia..” keluhnya
berlawanan dengan sorot matanya. Dan hanya tersenyum yang mampu aku tampilkan
dari layar wajahku.” Maksud beliau itu bila ada yang menarik perhatianku biar
di urusakan..tapi kataku aku belum kepikiran ke sana, masih banyak yang belum aku raih..apa
lagi waktu itu aku masih SMA masa sudah di takuni kaya’ gitu. Lagian aku Cuma
sekedar kagum aja dengan Rangga”,jawabnya
Aku mungkin
berlebihan dalam menduga-duga perasaan Rangga kepada Syalwa dan perasaan Syalwa
kepada Rangga. Tapi entah kenapa perasaanku mereka bukan hanya sekedar saling
kagum. Tapi…..lebih dari itu. Apalagi dari cerita Syalwa selunjutnya tentang
kejutan-kejutan dari Rangga untuknya di hari ulang tahunnya, di tambah beberapa
kali Syalwa keceplosan berkata sesuatu yang menunjukkan isi hatinya. Aku…ga’
bisa berkomentar lebih jauh lagi. Rasanya di dadaku sudah terlalu sesak untuk
bernafas lepas. Okelah…perasaanku pada Rangga udah mereda tapi tetap aja ada
rasa berbeda saat mendengar tentang kedekatan mereka.
Saat Syalwa
bertanya tentang aku karena hanya aku yang jarang bercerita pada mereka, aku
hanya tersenyum dan berkata,” ga’ ada yang bisa aku certain”
“ Masa
sich..”,sindir Syila. Tapi mereka ga’ memaksaku bercerita, mereka menghargai
keputusanku. Kamipun keluar dari Mesjid takut kalau Mutia sudah selesai dan
mencari kami.
Rangga..apa
benar kamu sampai segitunya memperlakukan Syalwa?..aku masih ingat isi smsnya
beberapa waktu lalu, saat aku bertanya warna mawar apa yang sesuai karakterku
dan dia jawab Mawar Putih. Akupun pernah nanya lagi warna apa yang sesuai denganku
dan dia juga bilang putih. Apa benar makna puith yang kamu maksud sama dengan
makna putih yang aku masud. Lalu apa Ga alas an kamu memilih warna Ungu sebagai lambang antara kamu dan aku.
Sedangkan dalam sms yang aku kirim ke kamu sama sekali ga’ memuat warna Ungu.
Apa arti Ungu itu adalah penggabungan warna biru yang artinya teman spesial,
putih yang maknanya sahabat baik, dan merahyang artinya kamu membenciku. Kenapa
kamu ga’ balas smsku saat aku menanyakan makna warna Ungu. Duh…pikiranku mulai
kacau nich. Udahlah aku jangan mikirin hal itu lagi. Bikin kepalaku pusing aja
dan hati aku tersayat aja. Huh..
Karena
merasa sudah terlalu sore kami memutuskan pulang duluan, apalagi Mutia mengirim
sms ke kami kalau dia kaya’nya masih akan lama jadi kami di mintanya pulang
duluan. Saat kami masih berjalan di sekitar kampus, Mutia menelphon Syila
memberitahukan kalau dia udah selesai dan sekarang di belakang kami. Ternyata
Mutia bersama Ayu yang dipilih menjadi ketua kelompok pengajian mereka. Dan aku
ngobrol sama dia, aku minta bantuannya untuk memperoleh nomor Hpnya Zikri.
Bukannya apa-apa, aku Cuma pengen ngajakin Zikri buat ngadain reoni. He..he..saat
aku bahas dengan Syalwa, wajahnya cemberut. Aku ingat dia bilang ga’ mau kalau
Rangga ketemu mantannya Marissa. Aku di buat ketawa karenanya. Dan hal itu
semakin memperkuat dugaanku tentang perasaan Syalwa pada Rangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar