Em….ga’ terasa waktu berputar tanpa henti. Kini aku telah
menyelesaikan sekolahku di salah satu
SMA favorit di tengah kota
tempat tinggalku. Meski aku lulus dengan hasil yang kurang memuaskan dan
membuat orang tuaku kecewa padaku, entah kenapa ada kebanggaan tersendiri
didalam hatiku dengan apa yang ku peroleh saat ini?.. Mungkin benar apa kata
orang bahwa sesuatu yang di kerjakan dengan berpedoman pada sebuah kejujuran
itu akan memberi kepuasan tersendiri bagi yang menjalaninya. Mmm..ya mungkin
nilaiku adalah nilai terburuk sepanjang perjalanan hidupku, tapi semuanya itu
ku peroleh dengan usaha kerasku sendiri. Dan aku puas dengan apa yang ku
peroleh ini. Aku tau bahwa kejujuranku itu karena sebuah keterpaksaan, namun
paling tidak aku tau seberapa besar usahaku selama ini dan seberapa besarnya
kempuan otakku.
Ketakutan sempat
menghantuiku karena nilai ujianku yang serendah ini sangat kecil kemungkinannya
aku di terima di Fakultas yang aku inginkan. Namun semua itu sirna saat salah
satu Fakultas mencantumkan namaku sebagai mahasiswi dalam daftar mahasiwa yang
terpilih masuk falkultas itu. Memang kelusanku melalui jalur yang biaya SPPnya
besar, tapi paling engga’ inilah yang mampu ku berikan pada orang-orang yang
peduli padaku. Dan Inasyaallah jika AAllah memberiku waktu yang panjang, aku
ingin memberikan yang terbaik untuk memperoleh yang terbaik pula..Amin…!
Kini aku kuliah
di sebuah Fakultas yang membina calon-calon guru SD. Memang awalnya aku sama
sekali tidak berminat pada bidang ini. Dulu aku sangat berharap bias kuliah
pada jurusan MATEMATIKA, karena bagiku Matematika adalah sahabat sejatiku.
Namun..meski sekarang yang bias ku peroleh adalah di sini. Aku janji akan
berusaha untuk menerimanya dan menjalaninya dengan penuh semangat dan tanggung
jawab. Karena aku yakin di balik ini semu ada hal terindah yang sedang Allah
rencanakan untukku.
Maha Basar
Allah….aku yang awalnya takut akan sendirian di kelasku karena teman-temanku
yang lain ternyata berbeda kelas denganku. Kini semua ketakutan itu sirna..aku
ternyata satu kelas dengan perempuan yang ku kenal saat ospek beberapa hari
yang lalu. Kalau diimgat-ingat awal perjumpaan dan perkenalan kami cukup unik
dan lucu.
Waktu itu hari
pertama ospek aku yang diliputi kebingungan kerena ga’ tahu persis pengumuman
mana yang benar. Harus pakai celana hitam ataukah rok hitam. Akhirnya
kuputuskan berangkat dengan celana hitam, tapi sebagai cadangan buat jaga-jaga
aku juga bawa rok hitam di dalam tasku. Sesampainya aku di kampus aku heran
melihat kebanyakan ceweknya pakai rok. Maksudku mau ganti rok setelah temanku
Puspa dan Lino datang ke kampus, aku mau minta temanin mereka ke toilet buat
ganti rok. Setelah di sms ternyata mereka masih di rumah, Puspa masih menunggu
Lino buat berangkat bareng. Aku tidak punya banyak waktu menunggu mereka,
karena mereka baru dating sekitar jam 09:30, sedangkan acara Ospek akan dimulai
pukul 09:45. aku ga’ punya banyak waktu buat nunggu mereka karena saat itu
sudah pukul 09:16. tidak lama kemudian aku melihat seorang perempuan yang
kelihatannya satu kampus dan prodi denganku dating dengan di antar laki-laki
setengah baya yang mungkin adalah ayahnya. Sesaat setelah ayahnya pergi tanpa
piker panjang aku menghampirinya dan mengajaknya kenalan. Mungkin kegugupan
yang meliputiku sehingga saat dia menyebutkan namanya aku sedang tidak konek
dan beberapa saat kemudian lupa dengan namanya. Tapi karena malu aku hanya diam
tanpa bertanya lagi padanya. Tanpa buang-buang waktu aku minta temanin dia
untuk ganti rok ke toilet. Dan untungnya dia mau, kalihatannya dia orang yang
baik untuk di jadiakn teman.
Setelah selesai
ganti rok, kamipun ngobrol sambil menunggu teman kami masing-masing di pintu
gerbang. Akhirnya dari abrolan kami aku dapat sebuah pernyataan yang membuat
aku mengakui pepatah orang bahwa dunia ini memanglah sempit. Yapz…sempit banget
malahan. Ternyata perempuan yang baru ku kenal ini adalah teman satu Sekolah Menengah
Atas dengan Rangga. Ya Rangga..cowok di masa kecilku yang sulit untuk ku lupakan
sampai sekarang.
Akhirnya aku
dengan perempuan yang baru ku ingat bernama Syalwa ini, kami semakin akrab dan asyik dalam
ngobrol meski yang membuat kami akrab adalah obrolan kami tentang…RANGGA! Entah
kenapa aku merasa Syalwa begitu dekat dengan Rangga?..Ya kalaupun itu benar
kanapa harus aku ambil pusing.
Dan…saat ku
tanyakan langsung dengan Rangga, dia bilang Syalwa adalah teman
seperjuangannya. Mmm……….! Teman seperjuangan? Uadahlah ku jadi males
mengingatnya..karena pada kenyataannya mereka memang akrab waktu SMA dulu.
Semuanya itu begitu jelas saat aku dengar cerita tentang Rangga dari Syalwa.
Em…sekarang itu
ga’ terlalu penting buat aku, yang penting sekarang aku punya teman di kelas.
“Hai..masuk!
duduk di sana
aja biar kita bersebelahan”,pinta Syalwa meyambutku di kelas. Sepertinya kami
akan menjadi teman yang akrab! Aku harus berterimakasih pada Rangga, karena
berkat dia aku bias kenalan dan berteman dengan Syalwa.
Aku mengikuti
pinta Syalwa. Sekilas ku perhatikan keadaan kelas baruku semunya begitu berbeda
dengan keadaan kelasku waktu di SMA dulu. Em…jadi kangen dech..sama teman-teman
SMAku! Sekarang bagaimana keadaan Arini yach? Aku prihatin padanya karena hanya
dia anak di jurusan kami yang dinyatakan tidak lulus ujian. Bahkan ujian peket
C pun dia tidak lulus. Ya Allah..Arini. dia salah satu teman terdekatku waktu
SMP dan juga waktu SMA. Aku mengenalnya sejak Sd tapi baru SMP kami mulai
akrab. Sekarang apa kabarnya yah sahabatku yang satu itu? Aku kangen sama dia
juga teman-teman yang lain.
Hari-haripun
berlalu sejak perkenalan itu, aku dan Syalwa semakin akrab. Meski kebanyakan
dari segala pembicaraan dan obrolan kami berkaitan dengan Rangga. Tapi kami
malah semakin mengenal satu sama lain dan semakin aku menyadari ada perasaan
berbeda bila aku benar-benar memperahatikan cara Syalwa bercerita tentang
Rangga. Entah kenapa aku merasa Syalwa memendam perasaan yang lebih kepada
Rangga. Meski Syalwa tidak pernah mengatakan secara langsung tentang
perasaannya itu. Tapi, aku dapat melihat dari sorot mata dan cara dia bercerita
tentang Rangga. Dan aku….aku ga’ tahu harus mengakui apa atas perasaan yang aku
dera ini..yang tersa sakit saat aku mulai menyadari ada perempuan yang menyukai
Rangga. Ya Rangga…Sahabat yang paling berharga untukku atau mungkin perasaan
yang lebih dari sahabat. Sudahlah rasanya aku benci kalau harus merasa seperti
ini.
Hari ini seperti
biasa sejak mulai masuk kuliah di bulan ramadhan ini, di kampus diadakan acara
kultum untuk para mahasiswa dan mahasiswinya. Yang mana..petugas kultumnya
adalah para mahasiswa dan mahasiswi itu sendiri sesuai perwakilan kelas
masing-masing. Dan kali ini adalah giliran anak kelas A dari para seniornya
setelah minggu lalu yang bertugas anak kelas A dari para junior. Hari ini
kultumnya cukup menarik dan aku tidak terlalu kesulitan untuk meringkas isi
dari topik yang dikultumkan. Semua mahasiswa dan mahasiswipun bubar dari taman
kampus lokasi acara kultum dan segera menuju kelas masing-masing untuk segera
bersiap menerima mata kuliah di hari puasa seperti ini. Ada juga beberapa mahasiswa dan mahasiswi
yang masih berada di luar kelas untuk mengumpulkan tugas risuman pada Syalwa
dan juga mengisi absent, termasuk aku. Syalwa memintaku menemaninya untuk
menyerahkan absen dan tugas teman-teman kami kepada Ka’ Adam. Kaka’ kelas yang aku ketahui sebagai
idolanya yang sepenebakku adalah divisi keagamaan di BEM. Cocoklah dengan
Syalwa yang juga adalah Seksi keagamaan di kelas kami. Tapi…itu tidak merubah
kecurigaanku pada perasaannya kepada Rangga yang sebenarnya…..
Saat ini dosen
pengajarnya tidak masuk dan aku melihat Syalwa sedang sibuk dengan persiapannya
sebagai perwakilan kultum dari kelas kami. Dia terlihat begitu bersemangat dan
antusias akan sukses membawakan kultumnya. Hari menjelang acara kultum untuk
giliran kelas kamipun semakin dekat. Semangat yang aku lihat dari Syalwa
beberapa hari yang lalu mulai berkurang.
“Ya ampun
Ra….Sebentar lagi hari dimana aku akan tampil sebagai petugas Tawsyiah. Sampai
sekarang aku belum ada persiapan apa-apa. Habisnya kalau aku kerjakan sekarang
nanti malah tambah gugup. Jadi…entar aja deh aku nyiapin bahan-bahannya!”,keluh
Syalwa padaku tapi malah dia pecahkan sendiri.
“Mmm….dasar kamu
ini. Kenapa kamu ga’ belajar aja sama Rangga? Setahuku dia jagonyakan dalam
bidang ini”. Aku seolah seperti menbur tumpukan jarum pada hatiku sendiri
dengan mengatakan hal tersebut yang secara tidak langsung aku telah
menjodoh-jodohkan Syalwa dengan Rangga.
Syalwwa terlihat
malu dengan pertanyaanku tapi dia tutupi dengan memasang wajah cemberut
beriring senyum padaku dan berkata,”Ih….ngapain juga aku harus belajar dari
orang seperti dia. Memangnya Cuma dia yang paling pintar apa? Nanti dia malah
GR lagi karena merasa paling dibutuhkan. Maklum seleb jadi banyak fans yang
membutuhkan katanya..mm..Ga’ deh!”
Aku tertawa
kecil atas perkataannya. Dan memang aku sering mendengan kata-kata itu
terlontar dari mulut Rangga dan aku juga sering kesal saat Rangga mengatakan
hal itu yang seolah-olah dia jadi artis yang dicari-cari dan dibutuhkan. “Kamu
benar Syalwa..dia selalu ngomong gitu nyebelin banget!..”
Bimbang…mungkin
itu yang kurasakan saat ini. Antara ia dan tidak. Aku seolah hancur oleh
perbuatabku sendiri yang membuatku harus merasakan perasaan ini yang sebenarnya
dapat aku cegah dulu. Aku termakan oleh kata-kataku sendiri yang pernah berkata
tidak akan pernah membenarkan kata-kata
Rangga yang memastikan bahwa dialah orang yang paling aku rindukan setelah kami
berpisah dari SMP. Tapi berbeda dengan Syalwa, Rangga seolah juga memiliki
perhatian khusus kepadanya sejak mereka kenal di SMA. Dan sepertinya Rangga
tetap menjaga perasaannya pada Syalwa tidak seperti padaku yang mungkin telah
terlupakan olehnya. Semua itu adalah penarikan kesimpulan dariku atas semua
cerita Syalwa tentang kedekatan dan keakrabannya dengan Rangga dari SMA sampai
sekarang sejak beberapa minggu lalu aku mengenal Syalwa dan mendengar
cerita-ceritanya. Aku ga’ tau harus seperti apa lagi untuk melukiskan perasaaan
hatiku dan kekacauan dalam pikiranku yang terus terganggu dengan berjuta
pertanyaaan dari miteri hubungan Syalwa dan Rangga.
“….Hidup….”
**Hidup bukan untuk menyesali apa yang
telah terjadi. Dalam hidup diperlukan banyak kesabaran dan ketabahan yang
harus juga diiringi dengan ketulusan dan keikhlasan dalam menjalaninya. Allah
SWT telah menciptakan manusia untuk bertakwa dan beriman. Dan orang-orang
yang bertakwa dan beriman adalah orang-orang yang selalu bersyukur atas
nikmat yang telah Ia beriakan. Manusia boleh punya keinginan dan impian dalam
hidup ini, tapi semuanya akan dapat terwujud bila Allah SWT yang berkehendak.
Do’a dan usaha yang halal adalah pertimbangan besar dari Allah untuk dapat
mewujudkan keinginan dan impian itu.**
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar