Em…aku jadi
deg-degan dengan acara training hari ini. Hatiku masih diliputi keraguan untuk
dapat benar-benar membulatkan tekat masuk mebjadi anggota dari organisasi islam
ini. Aku yang dari dulu hanya setengah-setengah dalam mengikuti sesuatu apalagi
yang berbau islam seperti ini akankah aku mampu bertahan lama. Aku ga’ mau
pengetahuan islamku terus saja bernilai minus. Aku mau semakin mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah yang telah menciptakanku dan memberiku kesempatan
hidup sampai saat ini. Aku mau….banget dan aku mau keinginanku ini mampu aku
sertai dengan usaha keras dan kesungguhan.
Aku termasuk
tipe orang yang kuraang suka berada ditengah-tengah keramaian. Setiap kali aku
mendengar suara rebut dan keras kepalaku langsung sakit dan pusing. Karena itu aku berharap dapat
mengikuti acara ini sampai akhir…amin…….perjalan ini cukup membuat aku tidak
tenang. Semoga Syalwa sudah lebih dulu tiba di lokasi dari aku. Aku ga’ mau
kalau harus datang lebih dulu karena itu akan membuat aku semakin gugup. Yang
tahu jelas masalah training ini adalah Syalwa. Kalau dia belum datang aku harus
gimana? Mana sekarang aku sudah hampir sampai di kampus lagi.
“Tu kan benar Syalwanya
belum nyampai”, ih…gara-gara bapakku sih bawa motornya cepat-cepat. Lebih baik
sekarang aku nunggu di gerbang aja. Biar kalau Syalwa datang bisa langsung
melihatku.
“Hai!!!”,suara
yang cukup akrab ditelingaku. Seorang perempuan berpakaian jubah sedang
berjalan dan memandang kearahku. Dan itu dia Syalwa..aku hampir tidak
mengenalinya dengan pakaian bebas tapi kerudungnya membuatku yakin dia Syalwa.
Karena Syalwa selalu mengenakan kerudung hitam saat di kampus.
“Kamu sdah lama
nyampainya?”,tanyanya saat menghampiriku lalu duduk di sampingku.
Sambil tersenyum
akupun menjawab,”Ga’ ko’ aku bar aja nyampainya. Paling kita Cuma selisih waktu
dua menit”.
“Oh……Ya udah
kalau gitu sekarang lebih baik kita ke sana
aja yuk! Mungkin itu taksi yang akan mengantar kita ke tempat lokasi
acaranya!”. Syalwa lalu berjalan lebih dulu sambil mengeluarkan HPnya dari tas.
Aku mengikutinya lalu berjalan beriringan dengannya. Syalwa telihat tidak gugup
sama sekali..mungkin karena dia sudah sering mengikuti acara seperti ini. Dia
masih sibuk dengan HPnya.
Jujur yang
paling aku takuti dari kegiatan di acara seperti ini adalah bila di minta
membaca Al-Qur’an. Aku ini benar-benar minus dalam keagamaaan. Tapi, kenapa aku jadi senekat ini
mengikuti acara ini? aku juga ga’ tahu apa jawabannya. Aku selalu menjadi objek tertawaan dan ejekan orang saat
mereka mendengarku mengaji. Aku malu..memang sebenarnya aku ga’ harus malu
dalam hal belajar. Mereka yang mentertawakanku itu juga belum tentu mampu
seperti aku. Yang mereka tahu hanya untuk mengibur diri mereka. Dan aku…tetap
aja masih gugup.
Hampir tiga
puluh menit aku dan Syalwa serta peserta yang lain menunggu kedatangan
kaka’-kaka’ panitianya, padahal hampir semua peserta talah mulai berdatangan
dari tadi. Tapi…Gita…oh iya mana dia. Tadi katanya masih di jalan ko’ belum
nyampai-nyampai juga.
“Gimana nih
Syalwa..Gita belum juga datang!”
“Tadi dia
ada sms aku kalau dia masih di jalan.
Paling bentar ge nyampai”. Syalwa memeriksa Hpnya takut kalau ada sms lagi dari
Gita. Hpku juga tidak ada pesan baru dari Gita.
Kamipun diminta
masuk taksi oleh beberapa kaka’ panitia yang sudah datang karena waktu telah
menunjukkan lewat dari yang disepakati. Tapi Gita belum juga nyampai.
Entah apa lagi
yang menggangguku. Melihat Syalwa yang dudu disampingku ini. Aku seperti
melihat sosok Rangga di dalam dirinya. Semangat itu seperti pernah aku lihat
dari Rangga. ‘ Ya Allah..apa mereka ini memang jodoh!’ sekarang Rangga sudah
berubah menjadi lebih baik dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Mereka
memang serasai. Tapi kenapa hal itu membuatku ga’ rela. Semua cerita Syalwa
tiap hari tentang Rangga membuatku punya gambaran tentang Rangga yang sekarang
bukanlah Rangga yang aku kenal dulu dan yang pertama kali Syalwa kenal dulu.
Sekarang Rangga..sedang berusha menjadi muslim yang sesungguhnya. Dan……mereka
berdua memiliki tujuan yang sama.
Rangga…aku
kangen banget sama kamu. Apa kamu masih mengingatku?
Tidak lama
kemudian saat taksi bersiap untuk berangkat Gita datang dan bergabung dalam
satu taksi dengan kami. Setelah dua taksi yang disewa sudah penuh. Kami
semuapun segera berangkat menuju lokasi acara. Selama perjalanan Syalwa banyak
menjelaskan dan menceritakan mengenai kegiatan di acara ini dan juga sedikit
membahas tentang KSInya di SMA bersama dengan Rangga. Aku hanya tersenyum
sambil terus menyimak ucapannya. Aku hanya tersendat saat dia menebutkan
tentang Rangga. Rasanya aku ingin berkata padanya agar saat ini tidak bicara
sedikitpun tentang Rangga. Tapi mau bagaimana lagi..itulah topic pembicaraan
yang menyenangkan untuknya begitu juga aku.
Saat acara
trainingnya dimulai aku dan Syalwa duduk dibarisan paling depan. Dan Gita
bersama temannya yang bernama Ayu duduk dibelakang kami di barisan ke dua. Acaranya ternyata
memang seru dan menambah wawasanku tetang agama yang ku anut. Aku mendapat
banyak hal dari acara yang belum setengah jalan aku ikuti. Nasyid..aku ga’
sabar melihat penampilan anak-anak nasyid yang kata Gita berasal dari SMAnya bersama
Ayu.
Penampilan
pertama dari Nayid memang sangat heboh dan juga bagus. Di tambah anak-anak
nasyidnya keren-keren terlebih yang mendendangkan syairnya. Dia katanya kaka’
kelas Gita dan Ayu saat mereka SMA dulu. Ada
juga adik kelas dan teman satu angkatan mereka. Katanya sih di penampilan
pertama ini anak-anak nasyidnya masih belum lengkap. Aku jadi ga’ sabar siapa
sih yang belum hadir.
Subhanallah..di
penampilan kedua ini aku di kejutkan oleh satu pembuktian lagi dari Allah bahwa
bumi itu ga’ seluas yang aku pikirkan. Bumi itu sangat sempit. Ternyata yang
belum hadir saat penampilan pertama tadi adalah seseorang yang dulunya sangat
aku kenal di SMP. Dia adalah orang pertama laki-laki yang mengakrabkan diri
sama aku saat aku baru pindah ke SMPnya. Dia adalah adik kelasku saat SMP dan
adik kelas Gita dan Ayu saat SMA. Dia adalah Zikri.
“Zikri..Gita itu
namanya Zikrikan?”
“Iya..dia Zikri
adik kelasku di SMA.” Gita terlihat heran dengan kata-kataku yang mengenal
Zikri.
“Dia juga adik
kelasku saat SMP. Suaranya terkenal paling merdu dan bagus di SMPku saat dia
mendendangkan syair”. Aku terlalu senang dan bersemangat menceritakan tentang
apa yang aku ketahui dari cowok yang saat ini berdiri di atas altar sambil
mendendangkan sebuah syair dengan suaranya yang merdu yang sudah lama tidak aku
dengar lagi sejak tiga tahun yang lalu.
Huhh…tapi
kaya’nya Cuma aku yang ingat ma dia tapi dia sama sekali ga’ ingat sama aku
lagi. Lagian siap aku, yang semua orang harus ingat?..em..sebenarnya ga’
seharusnya aku berpikir seperti itu. Tapi dari sikap Zikri yang ga’ manyapa
atau melihatku, terlihat jelas dia udah lupa sama aku…but..I’m Happy…
“ Duh..aku
nyesal banget nich.. kenapa tadi aku ga’ jadi bawa kamera sich?” keluhku pada
Aisah dan dia hanya menanggapiku dengan tersenyum.
Ya begitulah
aku bila menyesali sesuatu yang sebenarnya hampir aku lakukan tapi aku
batalkan. Em…aku pengen banget waktu bisa terulang kembali sebelum aku
berangkat dari rumah. Mungkin ada baiknya juga aku ga’ jadi membawa kamera,
paling ennga’ aku ga’ berharap berlebihan lagi akan sesuatu hal yang mungkin
akan melukaiku lagi untuk kesekian kalinya.
Akhirnya
acaranya selesai dan akupun masih sanggup berpuasa sampai beduk magrib. Meski,
tadi siang aku sempat merasa lelah dan sangat pusing. Tapi, semuanya telah
berlalu dan aku masih mampu bertahan. Dan aku masih mau untuk ikut acara
Training ini lagi Volume 2. Pengalaman hari ini ga’ akan maduh terhapus dari
ingatanku. Besok kegiatan di kampus akan dimulai lagi dan aku semakin semangat
jalani hidupku untuk melihat segala Kebesaran Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar