KLASIFIKASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1.
TUNADAKSA
Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang
memiliki kelainan fisik, khususunya anggota badan, seperti, kaki, tangan, atau
bentuk tubuh. Atau dapat dikatakan bahwa , tunadakasa adalah istilah lain dari
Tuna fisik-berbagai jenis gangguan fisik yang berhubungan dengan kemampuan
motorik dan beberapagejala penyertayang mengakibatkan seseorang mengalami
hambatan dalam mengikuti pendidikan normal, serta dalam penyesuaian diri dengan
lingkunganya.
Antara anak normal dan tunadaksa memiliki peluang yang sama
untuk melakukan aktualisasi diri. Hnya saja, banyak orang yang meragukan
kemampuan dari anaktunadaksa. Perasaan iba yang berlebihan selalu membuat
sesorang tidak mengizinkan anak tundaksa untuk melakukan kegiatan fisik.
a. Tunadaksa digolongkan
menjadi 3 golongan, yaitu :
Ø Tunadaksa taraf ringan
Ø Tunadaksa taraf sedang
Ø Tunadaksa taraf berat
b. Ciri-ciri anak yang
mengalami tunadaksa
Ø Anggota gerak tubuh tidak
bisa digerakkan/lemah/kaku/lumpuh.
Ø Setiap bergerak mengalami
kesulitan.
Ø Tidak memiliki anggota gerak
lengkap.
Ø Hiperaktif/tidak dapat
tenang dan.
Ø Terdapat anggota gerak yang
tidak sama dengan keadaan normal pada umumnya. Misalkan, jumlah yang lebih,
ukuran yang lebih kecil dan sebagainya.
c. Factor penyebab tunadaksa
Ø Sebelum lahir (pre-natal).
Ø Factor keturunan.
Ø Usia ibu pada saat hamil.
Ø Pendarahan waktu hamil.
Ø Keguguran yang dialami ibu.
Ø Saat kelahiran .
Ø Setelah kelahiran.
d. Pendidikan anak tunadaksa
Tujuan
pendidikan anak tunadaksa bersifat dua (dual purpose), yaitu berhubungan aspek
rehabilitasi pemulihan dan pengembangan fungsi fisik. Menurut Frances P. Connor
(1995) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang perlu dikembangkan pada
diri anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu :
Ø Pengembangan Intelektual dan
Akademik
Ø Membantu Perkembangan fisik
Ø Meningkatkan perkembangan
emosi danpenerimaan diri anak
Ø Mematangkan aspek sosial
Ø Mematangkan moral dan
spiritual
Ø Meningkatkan ekspresi diri
Ø Mempersiapkan masa depan
anak
Layanan
pendidikan anak tunadaksa dapat dilakukan dengan :
Ø Pendekatan guru kelas
Ø Pengajaran tim
2.
TUNALARAS
a.
Pengertian
anak tunalaras
Istilah resmi
“tunalaras” baru dikenal dalam dunia Pendidikan Luar Biasa (PLB). Istilah
tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” berarti
sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti
anak yang bertingkahlaku kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering
bertentangan dengan norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat tempat ia
berada.
Penggunaan istilah
tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut pandang tiap-tiap ahli yang
menanganinya, seperti halnya pekerja social menggunakan istilah social maladjustment terhadap anak yang
melakukan penyimpangan tingkah laku. Para ahli hukum menyebutnya dengan juvenile delinquency. Dalam Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras adalah gangguan atau
hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik tyerhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara
itu masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya
istilah, definisi mengenai tunalaras juga beraneka ragam. Berbagai definisi
yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah sebagai berikut.
1. Public
Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat) mengemukakan
pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah
suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut
dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi
prestasi belajar:
a. Ketidakmampuan
belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan factor kecerdasan, pengindraan atau
kesehatan.
b. Ketidakmampuan
menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru
c. Bertingkah
laku yang tidak pantas pada keadaan normal
d. Perasaan tertekan atau tidak bahagia
terus-menerus
e. Cenderung
menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah
2. Kauffman
(1977) mengemukakan bahwa penyandang tunalaras adalah anak yang secara kronis
dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara social
tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat
diajar untuk bersikap yang secara social dapat diterima dan secara pribadi
menyenangkan.
3. Sechmid
dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang secara
kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat
yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima layanan belajar serta
bimbingan seperti anak lain. Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang
lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik saraf atau
inteligensia.
4. Nelson
(1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid dikatakan menyimpang jika:
a. Menyimpang
dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis
kelaminnya
b. Penyimpangan
terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi
c. Penyimpangan
berlangsung dalam waktu yang relative lama
Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membuat definisi atau batasan
mengenai tunalaras sangatlah sulit karena definisi tersebut harus menggambarkan
keadaan anak tunalaras secara jelas. Beberapa komponen yang penting
diperhatikan adalah:
1) Adanya
penyimpangan perilaku yang terus menerus menurut norma yang berlaku sehingga
menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri
2) Penyimpangan
itu tetap ada walaupun telah menerima layanan bimbingan belajar
b.
Klasifikasi
anak tunalaras
Pengkasifikasian anak
tunalaras banyak ragamnya diantaranya sebagai berikut.
1. Klasifikasi
yang dikemukakan oleh Rosembera dkk. (1992) adalah anak tuinalaras dapat
dikelompokkan atas tingkah laku yang berisiko tinggi dan rendah dan yang
berisiko tinggi yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anak
yang menarik diri dari pergaulan social, sedangkan yang berisiko rendah yaitu
autism dan skizofrenia.secara umum anak tunalaras menunjukkan cirri-ciri
tingkah laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu kekacauan
tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.
2. System
klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Quay, 1979 dalam Samuel A.
Kirk and James J. Gallagher (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin,dkk
(1991: 51) adalah sebagai berikut.
a. Anak
yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) yang mengacu
pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan
guru, kejam, jahat, suka menyerang, dan hiperaktif
b. Anak
yang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak pemalu, takut-takut,
suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka cenderung tertekan batinnya.
c. Dimensi
ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian,
lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip
seperti anak autistik.
d. Anak
agresi sosialisasi (socialized-aggressive) memp[unyai cirri atau masalah
perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “gang”
tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan.
Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.
c.
Karakteristik
anak tunalaras
Karakteristik
yang dikemukakan oleh Hallahan dan Kauffman (1986), berdasarkan dimensi tingkah
laku anak tunalaras adalah sebagai berikut.
1. Anak
yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan cirri-ciri:
1) Suka
berkelahi, memukul, menyerang
2) Mengamuk
3) Membangkang,
menantang
4) Merusak
milik sendiri atau milik orang lain, tidak mau memperhatikan, memecah belah,
ribut
5) Tidak
bisa diam, menolak arahan
6) Cepat
marah, menganggap enteng, sok aksi, ingin menguasai orang lain
7) Mengancam,
pembohong dan lain sebagainya
2. Anak
yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri:
1) Khawatir,
cemas, ketakutan, kaku
2) Pemalu,
segan
3) Menarik
diri, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin, malu,
kurang percaya diri, mudah bimbang dan lain sebagainya
3. Anak
yang kurang dewasa, dengan cirri-ciri yaitu:
1) Pelamun,
kaku, berangan-angan
2) Pasif,
mudah dipengaruhi, pengantuk, pembosan dan kotor
4. Anak
yang agresif bersosialisasi dengan cirri-ciri:
1) Mempunyai
komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya
2) Loyal
terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng
3) Suka
di luar rumah sampai latut malam, bolos sekolah dan minggat dari rumah
Berikut
ini akan dikemukakan karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik,
sosial/emosional, fisik/kesehatan anak tunalaras.
1. Karakteristik
Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan
adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibat penyesuaian yang buruk
tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pencapaian
hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata
b. Seing
kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan
discipliner
c. Sering
kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya
d. Sering
kali membolos sekolah
e. Lebih
sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat
f. Anggota
keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas
kesehatan atau bagian absensi
g. Orang
yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi
h. Lebih
sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang
i.
Lebih sering melakukan
pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas
j.
Lebih sering dikirim
ke klinik bimbingan
2. Karakteristik
Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak
tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Karakteristik
sosial
1) Masalah
yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan cirri-ciri perilaku tidak
diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku
melanggar aturan keluarga, sekolah dan rumah tangga
2) Perilaku
tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan,
bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak
dapat bekerja sama
3) Melakukan
kejahatan remaja, seprti telah melanggar hukum
b. Karakteristik
emosional
1) Adanya
hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak seperti tekanan batin dan rasa
cemas
2) Adanya
rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitive
atau perasa
c. Karakteristik
fisik/kesehatan
Karakteristik
fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan
tidur dan gangguan gerakan. Sering kali anak merasakan ada sesuatu yang tidak
beres pada jasmaninya, ia mudah mendapatkan kecelakaan, merasa cemas terhadap
kesehatannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan
fisik seperti gagap, buang air tidak terkendali sering ngompol dan jorok.
3.
ANAK
BERBAKAT
a. Klasifikasi
Anak Berbakat
Menurut
Clark, (1983:5), anak berbakat adalah anak yang menunjukkan kemampuan/
penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni,
kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan
pelayanan-pelayanan atau kativitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh
sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara optimal.
Tingkat
kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan keberhasilan belajar siswa.
Ini bermakana, semakin tinggi kemapuan inteligensi seorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah inteligensi
seorang siswa maka semakinkecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
b.
Klasifikasi Anak Berbakat Secara Umum
Beberapa
klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari
tingkat inteligensinya, berdasarkan standar Binet, yaitu meliputi :
1. Kategori
rata-rata, dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ): 110-119
2. Kategiri
superior, dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
3. Kategori
sangat superior, dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169.
4.
TUNANETRA
Klasifkasi
Tunanetra Berdasarkan Derajatnya
a. Tunanetra dengan ketajaman penglihatan
6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet. Tingkat ketajaman penglihatan seperti
ini pada umumnya dikatakan tunanetra kurang lihat (low vision). Pada
taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat khusus.
b. Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/60m
atau 20/200 feet. Tingkat ketajaman seperti ini, sudah dikatakan tunanetra
tunanetra berat atau secar umum dapat dikatakan buta (blind). Kelompok
ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi berikut ini.
1) Kelompok tunanetra yang masih dapat melihat
gerakan tangan
2) Kelompok tunaetra yang hanya dapat membadakan
terang dan gelap.
c. Tunanetra yang memilki visus 0
Pada
taraf yang terakhir ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya
atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun. Kelompok ini sering disebut
dengan buta total (tot lly blind). Hal ini senada dengan Purwaka Hadi
(2005:47) yang membaginya kedalam empat
tingkatan, yaitu:
a. Tinkat ketajaman 20/200 feet-20/50 feet
(6/6m-6/16m)
Pada tingkat ketajaman penglihatan ini masih
digolongkan tunanetra taraf ringan dan masih dapat mempergunakan mata relatif
secara normal. Kemampuan pengamatan visual masih cukup baik dan dapat
memperguanakan alat bantu pendidikan secara formal.
b. Tingkat ketajaman 20/70 feet-20/200 feet
(6/20m-6/60m)
Istilah tunanetra kurang lihat (low vision) ada
pada tingkat ketajaman ini. Dengan memodifikasi obyek atau benda yang dilihat
atau menggunakan alat bantu penglihatan tunanetra masih terkoreksi dengan baik,
disebut tunanetra ringan (patially sight).
c. Tingkat ketajaman 20/200feet atau lebih (6/60m
atau lebih)
Ketunanetraan sudah digolongkan tingkat berat
dan mempunyai taraf ketajaman penglihatan:
1. Tunanetra masih dapat menghitung jumlah jari
tangan pada jarak 6 meter,
2. Tunanetra mampu melihat gerakan tangan dari
instruktur
3. Tunanetra hanya dapat membadakan terang dan
gelap
d. Tingkat ketajaman penglihatan 0 (visus 0)
Adalah mereka yang buta total yangsama sekali
tidak memiliki rangsangan cahaya bahkan tidak bisa membedakan terang dan gelap.
Daftar Pustaka
Hadi,
Purwaka. 2005. Kemandirian Tuna Netra Orientasi Akademik dan Orientasi
Sosial. Jakarta: Depdiknas
Wardani,
dkk. 2008. Pengantar Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: UT.
Widiati,
Sri. 2010. Sistem Pendidikan Bagi Abak
Tunadaksa di SLB-D YPAC. http://jurusanplb.blogspot.com/2010/07/sistem-pendidikan-bagi-anak-tunadaksa.html, diakses pada tanggal 13 Maret 2012.
KLASIFIKASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Di Susun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pembimbing :
Ali Rahman, S.Pd, M.Pd
Di susun oleh:
Kelompok 6
§
Fatimah A1E308027
§
Rahman
Wahyudi A1E308272
§
Hijrah
Safithri A1E308281
§
Izna
Fatia A1E308286
§
Shadda
Antoni M. K. A1E308289
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar