Label

Jumat, 18 Mei 2012

Tugas Husemas


BAB II
KERJA SAMA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
A.    Dasar dan Tujuan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat
1.      Dasar Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat
Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang sangat luas sehingga masing – masing ahli memilki persepsi yang berbeda – beda, hal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda – beda, seperti diungkapkan bahwa “hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik baik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama” (international public relation association).
Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto; 1992: 236).
a.       Kesamaan Tanggung Jawab
Di dalam GBHN diegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat berbagai organisasi penyelenggaraan pendidikan, organisasi  keagamaan, organisasi kepramukaan, organisasi politik, organisasi sosial, organisasi olaharaga, atau organisasi kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhhadap pendidikan di sekolah.
b.      Kesamaan Tujuan
Sekolah menghendaki agar para siswanya kelak menjadi manusia pembangun yang Pancasilais. Masyarakat juga mengehendaki agar semua warga negara menjadi manusia pembangun yang Pancasilais. Individu yang Pancasilais diharapkan datang dari sekolah. Oleh karena itu, antara sekolah dan masyarakat  harus mempunyai kesamaan tujuan.
2.      Tujuan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat
a.       Saling Membantu dan Saling Mengerti
Waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas, yaitu tujuh jam. Di luar sekolah mereka berada di rumah atau di lingkungan masyarakat. Waktu senggang di luar sekolah dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan atau organisasi, misalnya kegiatan kepramukaan, keolahragaan, kesenian, dan keagamaan. Selain itu, masyarakat dapat pula menyelenggarakan pendidikan yang bersifat spesialisasi, misalnya pendidikan keahlian. Alangkah baik jika program-program yang telah disusun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak sekolah tempat anggota masyarakat belajar. Lebih baik lagi jika program ersebut disusun bersama, misalnya dalam rangka mengisi waktu libur atau waktu senggang lainnya.
Jadwal yang ketat, misalnya sejak anak bangun hingga tidur kembali, dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seperti yang dituntut GBHN. Perkembangan tersebut diprogramkan oleh dan untuk masyarakat, yang juga dituntut GBHN. Program bersama yang ketat tidak member kesempatan kepada sang anak untuk berbuat kurang baik sebab kelelahan setelah mengikuti kegiatan-kegiatan positif membuat sang anak akan segara beristirahat.
Bermain piano, menabuh gamelan, serta berolahraga karate, judo, sepak bola, dan sebagainya adalah kegiatan positif. Pelajaran tersebut mungkin sudah diberikan di sekolah, tetapi karena waktunya sangat terbatas, yang diberikan tentu hanya dasar-dasarnya. Oleh karena itu, masyarakatlah yang bertugas memperdalam pengetahuan dan keterampilan anak.
b.      Membantu Keuangan, Bangunan, dan Barang
Pendidikan yang baik membutuhkan ruang belajar, alat bantu, dan dana  yang cukup. Dana yang terdapat di sekolah biasanya terbatas, yaitu dari anggaran rutin, SPP, dan proyek Pelita, untuk sekolah yang sedang mendapat alokasi dan subsidi anggaran dari pemerintah.
Untuk mengatasi hal itu, masyarakat dapat membantu sekolah melalui BP3. Anggota masyarakat yang berminat dan bersimpati dapat memberikan bantuan kepada sekolah, misalnya berupa alat bantu pendidikan, uang, dan buku perpustakaan.
Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak  dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya, masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. adapun tujuan yang lebih kongkrit hubungan sekolah dan masyarakat antara lain:
·         guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik.
·         berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus menjadi desakan yang dirasakan saat ini.
·         berguna dalam mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

B.     Bidang Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat
1.      Bidang Pendidikan Moral Pancasila
Peendidikan Moral Pencasila harus diajarkan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Penghayatan terhadap nilai-nilai Pencasila tidak hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi juga dapat dilaksanakan di rumah karena anak lebih banyak berada di masyarakat daripada di sekolah. Oleh karena itu, masyarakat harus turut berpartisipasi agar proses pembentukan manusia Pancasila dapat segera tercapai. Selain itu, organisasi-organisasi keagamaan, kepramukaan, kesosialan, dan sebagainya diharapkan turut berperan dalam proses pembinaan manusia Pancasila.
2.      Bidang Pendidikan Olahraga
Manusia Pancasila seperti yang dicita-citakan GBHN adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani. Karena pembinaan olahraga di sekolah sangat terbatas, latihan-latihan sebagai penambahan dan pengembangan jasmani perlu diadakan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, berbagai perkumpulan olahraga yang tergabung dalam KONI sangat bermanfaat untuk mempercepat proses pembinaan jasmani, misalnya melalui PBSI, PBVSI, Pelti, PASI dan PSSI.
3.      Bidang Pendidikan Kesenian
Seperti bidang olehraga, pendidikan kesenian di sekolah sangat terbatas waktunya. Untuk itu, berbagai perkumpulan kesenian yang terdapat di lingkungan masyarakat sangat membantu proses pembinaan kecintaan anak terhadap kesenian, misalnya seni tari, karawitan, drama, music, dan pahat. Selain itu, sifat tenggang rasa, demokratis, dan kreativitas dapat dikembangkan melalui pendidikan kesenian. Pementasan-pementasan yang diadakan bersama antara sekolah dan masyarakat juga sangat membantu proses pembinaan jiwa seni anak.
4.      Bidang Pendidikan Anak-anak Berkelainan
Ternyata di sekolah terdapat anak pandai luar biasa, anak yang normal, dan anak yang mengalami hambatan dalam belajar. Anak yang pandai luar biasa pun memerlukan bimbingan khusus. Oleh karena itu, para ahli diharapkan mengulurkan bantuan agar anak tersebut dapat dipercepat proses pendidikannya. Pendidikan di SD mungkin cukup 4-5 tahun. Jika anak tersebut dibina dengan baik, mungkin dalam usia 20-22 tahun sudah menjadi sarjana yang berguna bagi masyarakat dan negara.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam belajar juga perlu mendapat bantuan khusus. Anak tersebut mungkin kurang penglihatan, kurang pendengaran, cacat tubuh, atau karena sebab-sebab lain. Untuk mengatasi hal itu, masyarakat dapat membantu mereka dengan jalan membentuk organisasi-organisasi social, sekolah luar biasa, atau bantuan khusus kepada mereka. Di dalam kelompok anak berkelainan mungkin terdapat pula anak nakal. Kelompok anak nakal perlu diperhatikan secara khusus, baik oleh sekolah, orang tua, maupun masyarakat agar mereka tidak mengganggu ketertiban lingkungan.
5.      Bidang Pendidikan Keterampilan
Di sekolah anak-anak dituntut untu k memperoleh keterampilan, misalnya di bidang pertanian, teknik, atau jasa. Pendidikan keterampilan membutuhkan waktu lama karena jumlah jam pelajaran keterampilan di sekolah tidak memungkinkan sehingga dibutuhkan kerja sama erat dengan berbagai organisasi dalam masyarakat. Di bidang teknik, misalnya, perlu dibentuk kerja sama dengan dinas perindustrian, tukang, pandai besi, dan pabrik. Untuk  bidang-bidang lain, misalnya, perlu dibentuk kerja sama dengan dinas pariwisata, kantor-kantor, dan hotel-hotel.
C.    Pola Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
1.      Pola Kerjasama Program Permagangan/PKL
Kombinasi pembelajaran teori di ruang kelas dan perpustakaan (Theoretical Learning) dan pembelajaran praktek di laboratorium (Practical Learning) dirancang sedemikian rupa dalam rangka menghasilkan lulusan dengan tingkat mutu tertentu yang siap memasuki dunia kerja. Keberhasilan pendidikan vokasi tidak hanya diukur dari segi mutunya saja melainkan juga dari segi relevansinya. Hubungan mutu dan relevansi ibarat dua sisi dari satu keping mata uang.
2.      Pola Kerjasama Program Pelatihan
Pelatihan  dan  pengembangan yang dilakukan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia telah dilakukan dengan berbagai pendekatan yang bersifat konvensional (pedagogis) Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian-keahlian atau pengetahuan tertentu.
Pada pola kerjasama Program Pelatihan ini dititikberatkan pada optimalisasi seluruh  sumberdaya yang ada di sekolah untuk bisa digunakan pada proses pelatihan bagi tenaga pelaksana industri dan juga merupakan sarana untuk menjadikan kemitraan dengan industri agar tetap berkesinambungan, dengan pola kerjasama pelatihan ini diharapkan bahwa kedekatan industry dengan sekolah akan tetap terjaga dengan inten, karena terjadi ikatan yang saling membutuhkan dan saling memberikan manfaat.
Pola kerjasama ini harus dilakukan dengan inisiatif awal dari sekolah dengan pola jemput bola, mendatangi industri untuk mencari kebutuhan kompetensi yang bisa mendorong kemajuan industri dari sisi kemampuan sumberdaya manusia minimal untuk tingkat pelaksana (operator) industri, yang pada akhirnya industri akan tumbuh dan berkembang melalui penambahan kompetensi,dan sekolah bisa menjamin pola pelatihan,peralatan yang tersedia dan para pengajar memang memiliki kemampuan.
3.      Pola Kerjasama Program Produksi (Produk Inovatif)
Pola kerjasama dalam bidang produksi adalah suatu upaya dalam implementasi kurikulum, dengan metoda Production Base Education (PBE), dengan harapan untuk lebih mempertajam kompetensi yang didapatkan dari para siswa, hal ini bisa dilakukan apabila set-up peralatan dan sarana labolatorium dan bengkel memadai untuk melakukan kegiatan produksi disamping tuntutan kompetensi para pengajar yang paling tidak setara dengan para supervisor industry, baik secara hard skill atau pun soft skill,pola ini lah nanti yang bisa disebut dengan Teaching Factory, dan ini bisa berjalan dengan efektif apabila pihak sekolah mampu meyakinkan industry disekitarnya untuk menjadi mitra dalam kegiatan produksi dan sekaligus menjadi vendor dari industri disekitarnya.
4.      Pola Kerjasama Program Penyaluran Lulusan
Pola kerjasama Program Penyaluran lulusan adalah ujung tombak dari seluruh program, karena inilah yang akan menjadi tolak ukur dari keberhasilan dalam proses akhir dari kegiatan pembelajaran dengan harapan bahwa semua output menjadi outcome, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan kerjasama industry kemitraan dalam proses recruitment lulusan, hal ini harus dilakukan dengan inisiatif dari pihak sekolah menyampaikan data dan kompetensi dari lulusan dan bisa memberikan jaminan bahwa lulusan yang akan disalurkan memeiliki kompetensi yang memadai dan sesuai dengan standar kebutuhan industri, baik secara Knowledge Skills dan Attitude.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar