Label

Selasa, 31 Januari 2012

Take 1 "Dunia Ternyata Memang Sempit"


Take 1

Dunia Ternyata Memang Sempit

  
       Em….ga’ terasa waktu berputar tanpa henti. Kini aku telah menyelesaikan sekolahku di  salah satu SMA favorit di tengah kota tempat tinggalku. Meski aku lulus dengan hasil yang kurang memuaskan dan membuat orang tuaku kecewa padaku, entah kenapa ada kebanggaan tersendiri didalam hatiku dengan apa yang ku peroleh saat ini?.. Mungkin benar apa kata orang bahwa sesuatu yang di kerjakan dengan berpedoman pada sebuah kejujuran itu akan memberi kepuasan tersendiri bagi yang menjalaninya. Mmm..ya mungkin nilaiku adalah nilai terburuk sepanjang perjalanan hidupku, tapi semuanya itu ku peroleh dengan usaha kerasku sendiri. Dan aku puas dengan apa yang ku peroleh ini. Aku tau bahwa kejujuranku itu karena sebuah keterpaksaan, namun paling tidak aku tau seberapa besar usahaku selama ini dan seberapa besarnya kempuan otakku.
       Ketakutan sempat menghantuiku karena nilai ujianku yang serendah ini sangat kecil kemungkinannya aku di terima di Fakultas yang aku inginkan. Namun semua itu sirna saat salah satu Fakultas mencantumkan namaku sebagai mahasiswi dalam daftar mahasiwa yang terpilih masuk falkultas itu. Memang kelusanku melalui jalur yang biaya SPPnya besar, tapi paling engga’ inilah yang mampu ku berikan pada orang-orang yang peduli padaku. Dan Inasyaallah jika AAllah memberiku waktu yang panjang, aku ingin memberikan yang terbaik untuk memperoleh yang terbaik pula..Amin…!
       Kini aku kuliah di sebuah Fakultas yang membina calon-calon guru SD. Memang awalnya aku sama sekali tidak berminat pada bidang ini. Dulu aku sangat berharap bias kuliah pada jurusan MATEMATIKA, karena bagiku Matematika adalah sahabat sejatiku. Namun..meski sekarang yang bias ku peroleh adalah di sini. Aku janji akan berusaha untuk menerimanya dan menjalaninya dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Karena aku yakin di balik ini semu ada hal terindah yang sedang Allah rencanakan untukku.
       Maha Basar Allah….aku yang awalnya takut akan sendirian di kelasku karena teman-temanku yang lain ternyata berbeda kelas denganku. Kini semua ketakutan itu sirna..aku ternyata satu kelas dengan perempuan yang ku kenal saat ospek beberapa hari yang lalu. Kalau diimgat-ingat awal perjumpaan dan perkenalan kami cukup unik dan lucu.
       Waktu itu hari pertama ospek aku yang diliputi kebingungan kerena ga’ tahu persis pengumuman mana yang benar. Harus pakai celana hitam ataukah rok hitam. Akhirnya kuputuskan berangkat dengan celana hitam, tapi sebagai cadangan buat jaga-jaga aku juga bawa rok hitam di dalam tasku. Sesampainya aku di kampus aku heran melihat kebanyakan ceweknya pakai rok. Maksudku mau ganti rok setelah temanku Puspa dan Lino datang ke kampus, aku mau minta temanin mereka ke toilet buat ganti rok. Setelah di sms ternyata mereka masih di rumah, Puspa masih menunggu Lino buat berangkat bareng. Aku tidak punya banyak waktu menunggu mereka, karena mereka baru dating sekitar jam 09:30, sedangkan acara Ospek akan dimulai pukul 09:45. aku ga’ punya banyak waktu buat nunggu mereka karena saat itu sudah pukul 09:16. tidak lama kemudian aku melihat seorang perempuan yang kelihatannya satu kampus dan prodi denganku dating dengan di antar laki-laki setengah baya yang mungkin adalah ayahnya. Sesaat setelah ayahnya pergi tanpa piker panjang aku menghampirinya dan mengajaknya kenalan. Mungkin kegugupan yang meliputiku sehingga saat dia menyebutkan namanya aku sedang tidak konek dan beberapa saat kemudian lupa dengan namanya. Tapi karena malu aku hanya diam tanpa bertanya lagi padanya. Tanpa buang-buang waktu aku minta temanin dia untuk ganti rok ke toilet. Dan untungnya dia mau, kalihatannya dia orang yang baik untuk di jadiakn teman.
       Setelah selesai ganti rok, kamipun ngobrol sambil menunggu teman kami masing-masing di pintu gerbang. Akhirnya dari abrolan kami aku dapat sebuah pernyataan yang membuat aku mengakui pepatah orang bahwa dunia ini memanglah sempit. Yapz…sempit banget malahan. Ternyata perempuan yang baru ku kenal ini adalah teman satu Sekolah Menengah Atas dengan Rangga. Ya Rangga..cowok di masa kecilku yang sulit untuk ku lupakan sampai sekarang.
       Akhirnya aku dengan perempuan yang baru ku ingat bernama Syalwa ini, kami semakin akrab dan asyik dalam ngobrol meski yang membuat kami akrab adalah obrolan kami tentang…RANGGA! Entah kenapa aku merasa Syalwa begitu dekat dengan Rangga?..Ya kalaupun itu benar kanapa harus aku ambil pusing.
       Dan…saat ku tanyakan langsung dengan Rangga, dia bilang Syalwa adalah teman seperjuangannya. Mmm……….! Teman seperjuangan? Uadahlah ku jadi males mengingatnya..karena pada kenyataannya mereka memang akrab waktu SMA dulu. Semuanya itu begitu jelas saat aku dengar cerita tentang Rangga dari Syalwa.
       Em…sekarang itu ga’ terlalu penting buat aku, yang penting sekarang aku punya teman di kelas.
       “Hai..masuk! duduk di sana aja biar kita bersebelahan”,pinta Syalwa meyambutku di kelas. Sepertinya kami akan menjadi teman yang akrab! Aku harus berterimakasih pada Rangga, karena berkat dia aku bias kenalan dan berteman dengan Syalwa.
       Aku mengikuti pinta Syalwa. Sekilas ku perhatikan keadaan kelas baruku semunya begitu berbeda dengan keadaan kelasku waktu di SMA dulu. Em…jadi kangen dech..sama teman-teman SMAku! Sekarang bagaimana keadaan Arini yach? Aku prihatin padanya karena hanya dia anak di jurusan kami yang dinyatakan tidak lulus ujian. Bahkan ujian peket C pun dia tidak lulus. Ya Allah..Arini. dia salah satu teman terdekatku waktu SMP dan juga waktu SMA. Aku mengenalnya sejak Sd tapi baru SMP kami mulai akrab. Sekarang apa kabarnya yah sahabatku yang satu itu? Aku kangen sama dia juga teman-teman yang lain.


       Hari-haripun berlalu sejak perkenalan itu, aku dan Syalwa semakin akrab. Meski kebanyakan dari segala pembicaraan dan obrolan kami berkaitan dengan Rangga. Tapi kami malah semakin mengenal satu sama lain dan semakin aku menyadari ada perasaan berbeda bila aku benar-benar memperahatikan cara Syalwa bercerita tentang Rangga. Entah kenapa aku merasa Syalwa memendam perasaan yang lebih kepada Rangga. Meski Syalwa tidak pernah mengatakan secara langsung tentang perasaannya itu. Tapi, aku dapat melihat dari sorot mata dan cara dia bercerita tentang Rangga. Dan aku….aku ga’ tahu harus mengakui apa atas perasaan yang aku dera ini..yang tersa sakit saat aku mulai menyadari ada perempuan yang menyukai Rangga. Ya Rangga…Sahabat yang paling berharga untukku atau mungkin perasaan yang lebih dari sahabat. Sudahlah rasanya aku benci kalau harus merasa seperti ini.
       Hari ini seperti biasa sejak mulai masuk kuliah di bulan ramadhan ini, di kampus diadakan acara kultum untuk para mahasiswa dan mahasiswinya. Yang mana..petugas kultumnya adalah para mahasiswa dan mahasiswi itu sendiri sesuai perwakilan kelas masing-masing. Dan kali ini adalah giliran anak kelas A dari para seniornya setelah minggu lalu yang bertugas anak kelas A dari para junior. Hari ini kultumnya cukup menarik dan aku tidak terlalu kesulitan untuk meringkas isi dari topik yang dikultumkan. Semua mahasiswa dan mahasiswipun bubar dari taman kampus lokasi acara kultum dan segera menuju kelas masing-masing untuk segera bersiap menerima mata kuliah di hari puasa seperti ini. Ada juga beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masih berada di luar kelas untuk mengumpulkan tugas risuman pada Syalwa dan juga mengisi absent, termasuk aku. Syalwa memintaku menemaninya untuk menyerahkan absen dan tugas teman-teman kami kepada Ka’ Adam. Kaka’ kelas yang aku ketahui sebagai idolanya yang sepenebakku adalah divisi keagamaan di BEM. Cocoklah dengan Syalwa yang juga adalah Seksi keagamaan di kelas kami. Tapi…itu tidak merubah kecurigaanku pada perasaannya kepada Rangga yang sebenarnya…..
      Saat ini dosen pengajarnya tidak masuk dan aku melihat Syalwa sedang sibuk dengan persiapannya sebagai perwakilan kultum dari kelas kami. Dia terlihat begitu bersemangat dan antusias akan sukses membawakan kultumnya. Hari menjelang acara kultum untuk giliran kelas kamipun semakin dekat. Semangat yang aku lihat dari Syalwa beberapa hari yang lalu mulai berkurang.
       “Ya ampun Ra….Sebentar lagi hari dimana aku akan tampil sebagai petugas Tawsyiah. Sampai sekarang aku belum ada persiapan apa-apa. Habisnya kalau aku kerjakan sekarang nanti malah tambah gugup. Jadi…entar aja deh aku nyiapin bahan-bahannya!”,keluh Syalwa padaku tapi malah dia pecahkan sendiri.
       “Mmm….dasar kamu ini. Kenapa kamu ga’ belajar aja sama Rangga? Setahuku dia jagonyakan dalam bidang ini”. Aku seolah seperti menbur tumpukan jarum pada hatiku sendiri dengan mengatakan hal tersebut yang secara tidak langsung aku telah menjodoh-jodohkan Syalwa dengan Rangga.
       Syalwwa terlihat malu dengan pertanyaanku tapi dia tutupi dengan memasang wajah cemberut beriring senyum padaku dan berkata,”Ih….ngapain juga aku harus belajar dari orang seperti dia. Memangnya Cuma dia yang paling pintar apa? Nanti dia malah GR lagi karena merasa paling dibutuhkan. Maklum seleb jadi banyak fans yang membutuhkan katanya..mm..Ga’ deh!”
       Aku tertawa kecil atas perkataannya. Dan memang aku sering mendengan kata-kata itu terlontar dari mulut Rangga dan aku juga sering kesal saat Rangga mengatakan hal itu yang seolah-olah dia jadi artis yang dicari-cari dan dibutuhkan. “Kamu benar Syalwa..dia selalu ngomong gitu nyebelin banget!..”
       Bimbang…mungkin itu yang kurasakan saat ini. Antara ia dan tidak. Aku seolah hancur oleh perbuatabku sendiri yang membuatku harus merasakan perasaan ini yang sebenarnya dapat aku cegah dulu. Aku termakan oleh kata-kataku sendiri yang pernah berkata tidak akan pernah  membenarkan kata-kata Rangga yang memastikan bahwa dialah orang yang paling aku rindukan setelah kami berpisah dari SMP. Tapi berbeda dengan Syalwa, Rangga seolah juga memiliki perhatian khusus kepadanya sejak mereka kenal di SMA. Dan sepertinya Rangga tetap menjaga perasaannya pada Syalwa tidak seperti padaku yang mungkin telah terlupakan olehnya. Semua itu adalah penarikan kesimpulan dariku atas semua cerita Syalwa tentang kedekatan dan keakrabannya dengan Rangga dari SMA sampai sekarang sejak beberapa minggu lalu aku mengenal Syalwa dan mendengar cerita-ceritanya. Aku ga’ tau harus seperti apa lagi untuk melukiskan perasaaan hatiku dan kekacauan dalam pikiranku yang terus terganggu dengan berjuta pertanyaaan dari miteri hubungan Syalwa dan Rangga.


“….Hidup….”
**Hidup bukan untuk menyesali apa yang telah terjadi. Dalam hidup diperlukan banyak kesabaran dan ketabahan yang harus juga diiringi dengan ketulusan dan keikhlasan dalam menjalaninya. Allah SWT telah menciptakan manusia untuk bertakwa dan beriman. Dan orang-orang yang bertakwa dan beriman adalah orang-orang yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah Ia beriakan. Manusia boleh punya keinginan dan impian dalam hidup ini, tapi semuanya akan dapat terwujud bila Allah SWT yang berkehendak. Do’a dan usaha yang halal adalah pertimbangan besar dari Allah untuk dapat mewujudkan keinginan dan impian itu.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar