Label

Selasa, 31 Januari 2012

Take 6 "Kalau Hati Sudah Bicara"


Take 6
Kalau Hati Sudah Bicara     
       “Syalwa…temenin aku ke photo copyan yuk!..aku mau motokopi bahasa buat Syila..”,ajakku karena bosan duduk-duduk aja di kelas nunggu dosennya datang.
        Dengan senang hati Syalwa mau menemaniku. Belum sempat kami melangkah jauh dari kelas, kami melihat begitu banyak mahasiswa dan mahasiswi di sekitar tempat photo copyan. Kamipun memutuskan kembali kekelas dan menunda untuk memotokopi.
        “ Tadi aku smsan ma Rangga..”,kata syalwa sambil tersenyum.
        Aku yang terbiasa mengekspresikan sesuatu hanya biasa-biasa aja, hanya mencoba tersenyum menanggapi perkataan Syalwa. Dan sedikit bertanya padanya dengan gaya santaiku, seperti ga’ ada apa-apa. “ Apa katanya?”
        “ Ada dech..mau tau aja”, jawabnya seolah malu.
        Dan aku hanya berkata,”Oh..”. mau gimana lagi, meski aku sangat penasaran dengan apa yang mereka bahas. Aku ga’ bisa berbuat apa-apa. Aku ga’ mau bertanya lebih pada Syalwa, aku ga’ mau dia berpikir aku mau ikut campur urusan pribadainya dengan Rangga. Aku tau pasti, kalau ada sedikit rasa yang ga’ nyaman di hatiku mendengar setiap kedekatan Syalwa dengan Rangga. Tapi aku ga’ mau ambil pusing dengan masalah yang ga’ ada gunanya seperti ini. Ga’ ada gunanya karena ga’ ada yang bakal peduli dengan perasaanku ini.
        Belum sempat aku kembali ke tempatku Syalwa berkata,”Tadi Rangga bilang dia lagi rapat KSI di kampusnya. Dan aku bilang aku mau ikut…dulu di SMA aku ga’ pernah ketinggalan ikut rapat KSI”.
       “Oh..lalu apa katanya?..”, dasar bego aku ini nanyanya itu aja. Mau apalagi hanya pertanyaan itu yang telintas di pikiranku.
        Untung Syalwa ga’ curiga dengan pertanyaanku itu, dan dia lansuna menjawabnya. “Dia menyuruhku datang ke sana…lalu aku bilang ambili Ga aku di kampusku..dan gitu deh”
        Ga’ mau bertanya lebih lanjut aku duduk kembali ke kursi yang aku duduki tadi sebelum pergi. Akupun memasang Heandset ke telinga kiriku mendengarkan radio lewat Hpku. Merasa bosan aku juga smsan dengan temanku yang sekarang berada di Jakarta yaitu Yoga. Sebelum itu aku sempat membaca kembali isi sms Rangga padaku saat aku minta pendapatnya tentang aku. Dia bilang, “ Menurut aku kamu itu orangnya asyik-asyik aja dan aku ga’ boleh berpikir macam-macam tentang diriku”. Ada juga smsnya kemaren waktu aku nanya warna apa yang sesuai karakterku, dan dia sms yang isinya bahwa warna orange sesuai karakterku. Katanya aku ceria dan penuh perhatian. Akupun tersanjung oleh isi smsnya itu, soalnya hanya dia yang memilih warna itu. Teman-temanku yang lain kebanyakan mengatakan aku tipekel cewe’ yang susah ditebak, menarik, bawaannya nyantai, dan kadang nyebelin.
       Sekarang kembali ke Yoga.  Aku nanya kapan dia kembali ke sini dan dia bilang dia ga’ akan kembali sampai kuliahnya selasai dan dia udah punya kerjaan, dia mau pulang dengan bawa hasil yang memuaskan. Meski sekarang di sana dia belum kuliah,dia mau berusaha membuat orang-orang bangga padanya. Jujur aku sebagai temannya bangga punya teman kaya’ dia. Kehilangan tulang punggung keluarganya ga’ membuatnya patah semangat menuntut ilmu. Akupun bercanda dengannya minta di bawain oleh-oleh kalau dia pulang ke sini..em..tapi seperti biasa smsku ga’ di tanggapinya. Dan aku ngerti kalau di sana dia pasti lagi sibuk dan aku ga’ mau ganggu kesibukannya.
        Semua temanku sepertinya menyukai novel-novel yang aku buat, itu terlihat dari raut wajah mereka saat membaca novel buatanku. Mereka begitu menghayati kisah yang ada di dalamnya. Ada yang memintaku membawakannya novel-novelku yang lain dan aku menyanggupinya, karena aku senang ada yang menyukai karyaku. Dan ada juga yang menyarankanku untuk membukukan dan menerbitkan novel-noevlku. Aku hanya tersenyum menanggapi saran mereka, bukan karena aku ga’ suka saran mereka tapi saran itu sudah sering aku dengar dari SMP. Aku memang ada niat kearah sana, tapi bukan sekarang. Aku masih harus banyak banyak belajar cara membuat novel  yang baik dan bagus itu bagaimana dan seperti apa. Aku tau pasti di dalam semua novelku itu masih begitu banyak kekurangannya, ada banyak kalimat dan kata-kata ga’ serasi atau nyambung di dalamnya. Oleh karena itu aku harus banyak mengkoreksi kekurangan-kekurangan itu.
        Di kelas yang paling semangat membaca novelku adalah Mutia. Dia bilang, dia terharu mambaca novelku yang berjudul Kalau Hati Sudah Bicara. Tapi dia ga’ suka andingnya yang aku buat kedua tokoh utamanya meninggal. Sekali lagi aku hanya tersenyum menanggapinya. Memang ceritanya itu sengaja aku buat bukan Happy Ending. Itu aku lakukan agar novelku ga’ bosan dibaca karena andingnya s’lalu bahagia. Aku mendapat saran itu dari temanku Elisa waktu di SMA dulu. Dan aku kira sarannya ada benarnya, sehingga jadilah andingnya serti apa yang ada di dalam novel itu.
        Aku ga’ menyangka Aryo mantan ketua kelas kami juga tertari membaca novelku meski Cuma sebentar. Lucu dech…biasanyakan Cuma cewe’ aja yang suka baca novel cinta. Tapi…apanya yang lucu yach?..kaya’nya itu berlebihan dech aku memandang cowo’. Soalnya, dulukan Lucky juga pernah membaca novel buatanku, meski aku sedikit memaksa. Tapi, dia mau aja aku suruh. Lagian katanya novelku seru ko’ Cuma perlu sedikit perkembangan aja.
        Mmm…ternyata benar apayang pernah aku dengar kalau setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga aku, mungkin dari segi fisik aku banyak sekali kekurangannya. Tapi di balik itu aku diberi banyak kelebihan oleh  Allah, aku termasuk orang yang multi talenta, begitu kata teman-temanku. Selain aku suka membuat novel meski ga’ bagus, aku juga bisa membuat disaen pakaian meski ga’ bisa menjadikannya nyata, membuat sketsa wajah orang meski belum mahir, aku suka membuat benda-benda unik dari kertas warna, aku juga suka membuat puisi cinta meski ga’ bisa kalau diminta membacakannya, aku juga lumayan jago dalam pelejaran berhitung seperti Matematika, di tambah aku tipe orang yang lancar berbahasa Indonesia. He..he..he..meski dari semua kelebihan itu ada juga kekurangannya, tapi aku bangga jadi diriku sendiri.
        Mmmm…itu dia Jordan..kalau ku perhatikan benar-benar tampangnya lumayan juga untuk di taksir oleh dua cewe’. Aku memandang kearah Syalwa yang juga memandang ke arahku saat melihat Jordan duduk sambil memegang Hpnya. Syalwa menggerakkan bibirnya ingin memberi tauku sesuatu. Tapi, suaranya terlalu pelan sehingga aku ga’ mendengar. Aku lalu mendekati Syalwa untuk tau apa perkataannya.
        “ Jordan duduk sejajar dengan Syila..tapi jangan langsung melihat ke arah mereka”, aku tersenyum mendengarnya.
        Sambil menuju ke tempatku semula, ku sempatkan memandang kearah Jordan dan Syila. Dan aku baru sadar perkataan Syalwa benar.
        Kalau aku perhatikan sepertinya Jordan juga ada fell ma Syila. Gara-gara ga’ enak sama Citra, masalahnya jadi rumit.
        Sambil menunggu jam kuliah selanjutnya. Aku, Syalwa, dan Syila menghubungi ka’ Irsyad untuk menyerahkan uang iuran yang sudah terkumpul. Kami sich berharap ka” Irsyad yang ngambil uangnya tapi ternyata bukan. But..it’s ok! Apa pentingnya siapa yang datang buat ngambil uangnya..
        Hari ini aku lelah…banget. Aku pengen segera pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar