Label

Selasa, 31 Januari 2012

Take 3 "Dendangan Syair Dari Zikri"


Take 3
Dendangan Syair Dari Zikri
       Em…aku jadi deg-degan dengan acara training hari ini. Hatiku masih diliputi keraguan untuk dapat benar-benar membulatkan tekat masuk mebjadi anggota dari organisasi islam ini. Aku yang dari dulu hanya setengah-setengah dalam mengikuti sesuatu apalagi yang berbau islam seperti ini akankah aku mampu bertahan lama. Aku ga’ mau pengetahuan islamku terus saja bernilai minus. Aku mau semakin mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah yang telah menciptakanku dan memberiku kesempatan hidup sampai saat ini. Aku mau….banget dan aku mau keinginanku ini mampu aku sertai dengan usaha keras dan kesungguhan.
       Aku termasuk tipe orang yang kuraang suka berada ditengah-tengah keramaian. Setiap kali aku mendengar suara rebut dan keras kepalaku langsung sakit dan  pusing. Karena itu aku berharap dapat mengikuti acara ini sampai akhir…amin…….perjalan ini cukup membuat aku tidak tenang. Semoga Syalwa sudah lebih dulu tiba di lokasi dari aku. Aku ga’ mau kalau harus datang lebih dulu karena itu akan membuat aku semakin gugup. Yang tahu jelas masalah training ini adalah Syalwa. Kalau dia belum datang aku harus gimana? Mana sekarang aku sudah hampir sampai di kampus lagi.
       “Tu kan benar Syalwanya belum nyampai”, ih…gara-gara bapakku sih bawa motornya cepat-cepat. Lebih baik sekarang aku nunggu di gerbang aja. Biar kalau Syalwa datang bisa langsung melihatku.
       “Hai!!!”,suara yang cukup akrab ditelingaku. Seorang perempuan berpakaian jubah sedang berjalan dan memandang kearahku. Dan itu dia Syalwa..aku hampir tidak mengenalinya dengan pakaian bebas tapi kerudungnya membuatku yakin dia Syalwa. Karena Syalwa selalu mengenakan kerudung hitam saat di kampus.
       “Kamu sdah lama nyampainya?”,tanyanya saat menghampiriku lalu duduk di sampingku.
       Sambil tersenyum akupun menjawab,”Ga’ ko’ aku bar aja nyampainya. Paling kita Cuma selisih waktu dua menit”.
       “Oh……Ya udah kalau gitu sekarang lebih baik kita ke sana aja yuk! Mungkin itu taksi yang akan mengantar kita ke tempat lokasi acaranya!”. Syalwa lalu berjalan lebih dulu sambil mengeluarkan HPnya dari tas. Aku mengikutinya lalu berjalan beriringan dengannya. Syalwa telihat tidak gugup sama sekali..mungkin karena dia sudah sering mengikuti acara seperti ini. Dia masih sibuk dengan HPnya.
       Jujur yang paling aku takuti dari kegiatan di acara seperti ini adalah bila di minta membaca Al-Qur’an. Aku ini benar-benar minus dalam keagamaaan. Tapi, kenapa aku jadi senekat ini mengikuti acara ini? aku juga ga’ tahu apa jawabannya. Aku selalu menjadi objek tertawaan dan ejekan orang saat mereka mendengarku mengaji. Aku malu..memang sebenarnya aku ga’ harus malu dalam hal belajar. Mereka yang mentertawakanku itu juga belum tentu mampu seperti aku. Yang mereka tahu hanya untuk mengibur diri mereka. Dan aku…tetap aja masih gugup.
       Hampir tiga puluh menit aku dan Syalwa serta peserta yang lain menunggu kedatangan kaka’-kaka’ panitianya, padahal hampir semua peserta talah mulai berdatangan dari tadi. Tapi…Gita…oh iya mana dia. Tadi katanya masih di jalan ko’ belum nyampai-nyampai juga.
       “Gimana nih Syalwa..Gita belum juga datang!”
       “Tadi dia ada  sms aku kalau dia masih di jalan. Paling bentar ge nyampai”. Syalwa memeriksa Hpnya takut kalau ada sms lagi dari Gita. Hpku juga tidak ada pesan baru dari Gita.
       Kamipun diminta masuk taksi oleh beberapa kaka’ panitia yang sudah datang karena waktu telah menunjukkan lewat dari yang disepakati. Tapi Gita belum juga nyampai.
       Entah apa lagi yang menggangguku. Melihat Syalwa yang dudu disampingku ini. Aku seperti melihat sosok Rangga di dalam dirinya. Semangat itu seperti pernah aku lihat dari Rangga. ‘ Ya Allah..apa mereka ini memang jodoh!’ sekarang Rangga sudah berubah menjadi lebih baik dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Mereka memang serasai. Tapi kenapa hal itu membuatku ga’ rela. Semua cerita Syalwa tiap hari tentang Rangga membuatku punya gambaran tentang Rangga yang sekarang bukanlah Rangga yang aku kenal dulu dan yang pertama kali Syalwa kenal dulu. Sekarang Rangga..sedang berusha menjadi muslim yang sesungguhnya. Dan……mereka berdua memiliki tujuan yang sama.
       Rangga…aku kangen banget sama kamu. Apa kamu masih mengingatku?
       Tidak lama kemudian saat taksi bersiap untuk berangkat Gita datang dan bergabung dalam satu taksi dengan kami. Setelah dua taksi yang disewa sudah penuh. Kami semuapun segera berangkat menuju lokasi acara. Selama perjalanan Syalwa banyak menjelaskan dan menceritakan mengenai kegiatan di acara ini dan juga sedikit membahas tentang KSInya di SMA bersama dengan Rangga. Aku hanya tersenyum sambil terus menyimak ucapannya. Aku hanya tersendat saat dia menebutkan tentang Rangga. Rasanya aku ingin berkata padanya agar saat ini tidak bicara sedikitpun tentang Rangga. Tapi mau bagaimana lagi..itulah topic pembicaraan yang menyenangkan untuknya begitu juga aku.
       Saat acara trainingnya dimulai aku dan Syalwa duduk dibarisan paling depan. Dan Gita bersama temannya yang bernama Ayu duduk dibelakang kami di barisan ke dua. Acaranya ternyata memang seru dan menambah wawasanku tetang agama yang ku anut. Aku mendapat banyak hal dari acara yang belum setengah jalan aku ikuti. Nasyid..aku ga’ sabar melihat penampilan anak-anak nasyid yang kata Gita berasal dari SMAnya bersama Ayu.
       Penampilan pertama dari Nayid memang sangat heboh dan juga bagus. Di tambah anak-anak nasyidnya keren-keren terlebih yang mendendangkan syairnya. Dia katanya kaka’ kelas Gita dan Ayu saat mereka SMA dulu. Ada juga adik kelas dan teman satu angkatan mereka. Katanya sih di penampilan pertama ini anak-anak nasyidnya masih belum lengkap. Aku jadi ga’ sabar siapa sih yang belum hadir.
       Subhanallah..di penampilan kedua ini aku di kejutkan oleh satu pembuktian lagi dari Allah bahwa bumi itu ga’ seluas yang aku pikirkan. Bumi itu sangat sempit. Ternyata yang belum hadir saat penampilan pertama tadi adalah seseorang yang dulunya sangat aku kenal di SMP. Dia adalah orang pertama laki-laki yang mengakrabkan diri sama aku saat aku baru pindah ke SMPnya. Dia adalah adik kelasku saat SMP dan adik kelas Gita dan Ayu saat SMA. Dia adalah Zikri.
       “Zikri..Gita itu namanya Zikrikan?”
       “Iya..dia Zikri adik kelasku di SMA.” Gita terlihat heran dengan kata-kataku yang mengenal Zikri.
       “Dia juga adik kelasku saat SMP. Suaranya terkenal paling merdu dan bagus di SMPku saat dia mendendangkan syair”. Aku terlalu senang dan bersemangat menceritakan tentang apa yang aku ketahui dari cowok yang saat ini berdiri di atas altar sambil mendendangkan sebuah syair dengan suaranya yang merdu yang sudah lama tidak aku dengar lagi sejak tiga tahun yang lalu.
        Huhh…tapi kaya’nya Cuma aku yang ingat ma dia tapi dia sama sekali ga’ ingat sama aku lagi. Lagian siap aku, yang semua orang harus ingat?..em..sebenarnya ga’ seharusnya aku berpikir seperti itu. Tapi dari sikap Zikri yang ga’ manyapa atau melihatku, terlihat jelas dia udah lupa sama aku…but..I’m Happy…
        “ Duh..aku nyesal banget nich.. kenapa tadi aku ga’ jadi bawa kamera sich?” keluhku pada Aisah dan dia hanya menanggapiku dengan tersenyum.
        Ya begitulah aku bila menyesali sesuatu yang sebenarnya hampir aku lakukan tapi aku batalkan. Em…aku pengen banget waktu bisa terulang kembali sebelum aku berangkat dari rumah. Mungkin ada baiknya juga aku ga’ jadi membawa kamera, paling ennga’ aku ga’ berharap berlebihan lagi akan sesuatu hal yang mungkin akan melukaiku lagi untuk kesekian kalinya.
        Akhirnya acaranya selesai dan akupun masih sanggup berpuasa sampai beduk magrib. Meski, tadi siang aku sempat merasa lelah dan sangat pusing. Tapi, semuanya telah berlalu dan aku masih mampu bertahan. Dan aku masih mau untuk ikut acara Training ini lagi Volume 2. Pengalaman hari ini ga’ akan maduh terhapus dari ingatanku. Besok kegiatan di kampus akan dimulai lagi dan aku semakin semangat jalani hidupku untuk melihat segala Kebesaran Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar